Suara.com - Kesepian telah dikaitkan dengan serangkaian risiko kesehatan yang serius seperti penyakit jantung.
Tetapi dalam sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa hal itu juga dapat memprediksi perkembangan diabetes tipe 2.
Penelitian tersebut, yang merupakan yang pertama untuk melihat hubungan antara kesepian dan diabetes tipe 2 diterbitkan dalam jurnal Diabetologia (jurnal Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes [EASD]).
Para peneliti menyarankan bahwa membantu orang membentuk dan mengalami hubungan positif dapat menjadi alat yang berguna dalam strategi pencegahan diabetes tipe 2, terutama selama pandemi Covid-19.
Hal itu karena penderita diabetes berisiko lebih besar terkena Covid-19 yang serius.
Dengan pandemi virus crona yang melanda negara itu, banyak orang Amerika di bawah instruksi ketat untuk tinggal di rumah dan mempraktikkan jarak sosial dari orang lain.
Kesepian, menurut penulis penelitian, adalah ketidakseimbangan antara hubungan sosial yang diinginkan dan yang sebenarnya. Dengan kata lain, itu terjadi ketika seseorang merasa bahwa kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi.
Penelitian mereka mencatat bahwa seperlima orang dewasa di Inggris dan sepertiga orang dewasa di Amerika Serikat terkadang merasa kesepian.
Sebuah studi Afrika Selatan tahun 2017, berdasarkan tanggapan lebih dari 3.600 orang, menemukan bahwa 9,9 persen responden melaporkan kesepian, dengan prevalensi yang sangat tinggi di antara orang dewasa yang lebih tua.
Baca Juga: Studi: Penyakit Tidak Menular Bikin Risiko Kematian Karena Covid-19 Naik
Tindak lanjut dua belas tahun mengungkapkan temuan yang mengejutkan
Para peneliti dari King's College London menganalisis data dari English Longitudinal Study of Aging pada 4.112 orang dewasa berusia 50 tahun ke atas. Data dikumpulkan antara 2002 dan 2017.
Semua peserta penelitian bebas dari diabetes dan memiliki kadar glukosa darah normal pada awal pengumpulan data.
Setelah tindak lanjut selama 12 tahun, tim peneliti menemukan bahwa 264 orang mengembangkan diabetes tipe 2, dan tingkat kesepian mereka yang diukur pada awal pengumpulan data merupakan prediktor yang signifikan dari timbulnya diabetes tipe 2 di kemudian hari dalam hidup mereka. .
Faktor-faktor lain, seperti merokok, alkohol, dan berat badan, semuanya diperhitungkan, dan hubungannya tidak tergantung pada depresi, hidup sendiri, dan isolasi sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja