Suara.com - Salah satu isu yang menjadi sorotan di Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh setiap tanggal 10 Oktober tahun ini adalah toxic relationship atau hubungan tidak sehat. Hubungan tidak sehat bukan hanya terjadi antara pasangan kekasih atau suami istri, tetapi juga bisa terjadi pada orangtua dan anak.
Menurut psikolog keluarga Irma Gustiana Andriani, orangtua harus berhenti bersikap bagai 'rentenir' kepada anak-anaknya. Maksudnya, saat mereka marah dan kecewa dengan anaknya, mereka akan mengungkit uang yang sudah dikeluarkan untuk biaya hidup dan pendidikan si anak.
"Misalnya, Mama sudah biayain kamu ke sekolah mahal, jadi kamu harus ranking dan harus pintar. Hubungan inilah yang toxic, alias tidak sehat dari orangtua ke anak," ujar psikolog yang kerap disapa Ayank, dalam diskusi bersama The Asian Parent, Jumat (9/10/2020).
Hubungan ini memicu ketidaknyamanan, baik untuk anak maupun orangtua yang emosinya terus terkuras. Mirisnya, jika emosi sudah terlibat, maka bukan tidak mungkin akan sampai pada tindakan melukai fisik.
"Ini sudah toxic, lalu menghukum secara verbal, secara fisik, itu sudah toxic. Indikatornya masalah emosi dan mental yang terpapar, lalu bukan tidak mungkin orangtua ini akan melakukan cara-cara kekerasan, baik lisan maupun non lisan," jelas Ayank.
Sikap toxic lainnya yang melukai psikis anak dari orangtua adalah, anak tidak diberikan kesempatan untuk bisa menyatakan pendapat, yang pada akhirnya orangtua memaksakan kehendaknya kepada anak. "Banyak toxic parent kepada anak ini beralasan karena rasa sayangnya kepada anak, tapi konteks dan cara menyampaikan rasa sayangnya berbeda," kata dia
Psikolog yang berpraktik di Klinik Ruang Tumbuh itu mengungkap ada berbagai alasan penyebab orangtua bersikap toxic. Salah satunya fisik dan psikis orangtua yang sudah sangat lelah.
"Jadi sudah capek banget setiap hari banyak urusan, anak rewel, minta perhatian, orangtua nggak sabar menangani anaknya," jelas Ayank.
Itulah mengapa baik ayah maupun ibu harus memiliki waktu untuk diri sendiri atau me time untuk mengelola diri dari banyaknya pikiran, sehingga rasa lelah akan hilang.
Baca Juga: Viral Video Aturan dalam Pacaran Toxic, Serasa Mirip Undang-undang
"Kalau untuk me time, baik laki-laki dan perempuan, minimal banget 30 menit sehari, punya waktu 1 jam itu lebih bagus. Banyak yang bilang 24 jam itu kurang, berarti ada yang salah prioritas jadwal dan prioritas harian," tutup Ayank.
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?