Suara.com - Pasien radang usus buntu atau apendisitis kebanyakan akan menjalani operasi pembedahan. Tetapi ada alternatif pengobatan lain bagi yang tidak ingin dioperasi, yakni dengan minum obat antibiotik.
Mengobati radang usus buntu hanya dengan antibiotik pernah diuji coba oleh para peneliti di Amerika Serikat yang hasilnya diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada Oktober lalu.
Dilansir dari Channel News Asia, studi dilakukan terhadap 776 pasien secara acak yang menerima pengobatan antibiotik dan 776 pasien menjalani operasi usus buntu.
Pasien dalam kelompok antibiotik menerima obat selama 10 hari. Hasilnya, tujuh dari sepuluh pasien yang menerima antibiotik tidak perlu dilakukan pembedahan dalam 90 hari pertama setelah pengobatan.
Sementara tiga dari sepuluh lainnya harus membutuhkan pembedahan dalam jangka waktu yang sama. Pasien yang diobati dengan antibiotik juga harus lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit.
Metode khusus antibiotik itu sebenarnya masih pro dan kontra. Juga belum tentu bisa dilakukan untuk setiap pasien, kata salah satu peneliti Dr Jeffrey Johnson, yang merupakan direktur medis trauma di Henry Ford Hospital.
"Pasien harus mengevaluasi manfaat dan risiko minum antibiotik atau memilih untuk operasi, dan membuat keputusan tentang apa yang penting bagi mereka," katanya.
Selain itu, pengobatan dengan antibiotik juga memungkinkan terjadi radang usus buntu kembali terjadi pasca satu tahun melakukan terapi antibiotik. Meski begitu peluang untuk sembuh juga cukup besar, sekitar 70-80 persen.
"Studi yang lebih baru menunjukkan bahwa antibiotik yang kuat (tanpa apendektomi) dapat berhasil mengobati sebagian besar (70-80 persen) kasus. Namun, pasien tersebut berisiko mengalami apendisitis berulang," kata Konsultan bedah senior di kolorektal dan bedah umum Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura, Dr Ng Chee Yung dikutip dari Channel News Asia.
Baca Juga: Covid-19 Tidak Ada Apa-apanya Dibandingkan dengan Bakteri Super di Pasifik
Berbeda dengan yang menjalani operasi. Menurut Ng, sebagian besar pasien tidak akan mengalami serangan apendisitis kedua karena kebanyakan dari mereka akan menjalani operasi usus buntu sejak awal.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025