Suara.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan sedikit waktu di depan layar (televisi, komputer atau ponsel) dan lebih banyak menghabiskan waktu dalam kegiatan ekstrakulikuler, seperti olahraga dan seni, memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Peneliti dari University of British Columbia mengatakan hasil ini akan lebih terlihat pada remaja perempuan. Penemuan ini didasarkan pada survei terhadap 28.712 siswa kelas tujuh di 365 sekolah di 27 distrik di British Columbia.
Peneliti mengumpulkan data tentang 'waktu rekreasi' remaja, seperti menonton televisi, bermain video game, atau menjelajahi internet.
Mereka juga mengumpulkan data tentang kegiatan ekstrakurikuler mereka sebelum membandingkan hubungannya dengan indikator kesehatan mental positif dan negatif.
Hasilnya, dilansir Fox News, peneliti menemukan remaja dengan waktu lebih dari dua jam untuk waktu rekreasi per hari memiliki tingkat kepuasan hidup dan optimisme yang lebih rendah, serta tingkat kecemasan dan gejala depresi yang lebih tinggi.
Sebagai perbandingan, remaja yang berpartisipasi dalam ekstrakulikuler lebih kehil kemungkinan untuk melakukan 'rekreasi layar' selama dua jam atau lebih setelah sekolah.
Kelompok ini juga melaporkan tingkat kepuasan hidup dan optimisme yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan dan gejala depresi yang lebih rendah.
“Meskipun kami melakukan penelitian ini sebelum pandemi Covid-19, temuannya sangat relevan sekarang ketika remaja kemungkinan menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar di waktu luang mereka," kata Eva Oberle, penulis utama studi dan asisten profesor di Human Early Learning Partnership di UBC School of Population and Public Health.
Ia menambahkan temuannya ini adalah aset untuk kesejahteraan mental remaja.
Baca Juga: Studi Inggris: Sekolah Daring Malah Turunkan Risiko Kecemasan Remaja
"Menemukan cara aman bagi anak-anak dan remaja untuk terus berpartisipasi dalam aktivitas ekstrakulikuler selama waktu ini dapat menjadi cara untuk mengurangi waktu layar dan meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan," sambungnya.
Temuan ini muncul setelah sebuah penelitian pada 2019 menyimpulkan depresi dan pikiran bunuh diri telah meningkat dua kali lipat pada anak muda Amerika selama dekade terakhir, dengan ponsel dan media sosial sebagai penyebabnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?