Suara.com - Tanggal 12 November 2020 mendatang diperingati sebagai Hari Pneumonia Dunia (HPD). Pneumonia sendiri merupakan penyakit radang pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Hal ini tentu sangat berbahaya terutama bagi anak-anak.
Selain itu, pneumonia juga sering terlambat disadari oleh kebanyakan orang karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma (common cold).
Akibatnya, banyak anak-anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.
Mengutip situs UNICEF Indonesia, pada tahun 2018, diperkirakan terjadi sekitar 19.000 anak meninggal dunia akibat pneumonia. Estimasi global menunjukkan bahwa setiap satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular pneumonia.
Selain itu, pneumonia juga sebagai penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi 15.5 persen.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr.dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) mengatakan orang tua perlu cermati sejak dini tanda-tanda anak mengidap Pneumonia.
“Upaya perlindungan perlu ditingkatkan agar anak Indonesia bukan saja terhindar dari Covid-19, tapi juga terhindar dari penyakit mematikan lain seperti Pneumonia,” ujar Nastiti dalam pernyataannya seperti rilis yang diterima Suara.com, Kamis (5/11/2020).
Berikut kenali gejala pneumonia terhadap anak, diantaranya:
1. Anak Mengalami Batuk dan Demam Berkelanjutan
Baca Juga: Pneumonia Lebih Mematikan Dibanding Covid-19 dan Berita Populer Lainnya
Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan. Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma.
2. Kesulitan Bernapas
Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas cuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah.
Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan. Bayi yang mengalami kesulitan bernafas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman.
Di Hari Pneumonia Dunia, Nastiti juga mengkampanyekan STOP pneumonia yang berisi pesan:
1. S = ASI eksklusif enam bulan, menyusui ditambah MPASI sampai dua tahun
2. T = Tuntaskan imunisasi untuk anak
3. O = Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit, dan
4. P = Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak