Suara.com - Meningitis merupakan penyakit yang perlu diwaspadai, terutama terhadap anak-anak. Sebab, jika orang tua lambat dalam menanganinya bisa mengganggu pertumbuhannya.
Medical & Training ZAP, dr. Wulan mengatakan meningitis harus cepat ditangani dan dikenali, apalagi jika korbannya anak-anak. Hal itu karena jika dibiarkan atau terlambat ditangani itu akan sangat berbahaya.
“Jika terkena pada anak-anak efeknya bahaya, apalagi juga anak-anak masih dalam masa masa pertumbuhan, kalau kena itu bisa dampaknya bisa menghambat pertumbuhan anak-anak,” ujar Wulan dalam pernyataannya saat live di Instagram ‘Kenapa Harus Vaksin’, Jumat (6/11/2020).
Tak hanya itu, otak anak akan melambat, lantaran terkena infeksi. Meningitis ini menyerang saraf motorik mungkin bisa menjadi lumpuh. Atau kejang-kejang karena infeksi menyerang bagian otak tertentu.
Dia juga menerangkan, meningitis pada anak biasanya memiliki gejala batuk, pilek, rewel, gelisah, dan kejang-kejang. Umumnya anak akan sering menangis dan lemas, serta mengalami fotofobia. Artinya ua akan merasa terganggu jika ada cahaya.
Selain itu, meningitis sering membuat suhu tubuh anak berubah secara ekstrim, terutama pada area tangan, kepala dan kaki. Namun, pada waktu tertentu tubuh anak akan terasa dingin, kemudian kembali panas.
Lebih lanjut, menurutnya demi mencegah anak mengalami meningitis. Maka perlu dilakukan vaksin meningitis. Dia menambahkan bahwa batas usia anak diberikan vaksin meningitis dianjurkan boleh pada usia dua tahun.
Dia menghimbau kepada orang tua untuk selalu menjaga pola hidup sehat agar anak terlindungi dari penyakit meningitis. Dirinya juga berpesan bahwa lebih baik mencegah terkena meningitis daripada mengobati.
Baca Juga: Ditinggal Glenn Fredly, Bagaimana Mutia Ayu Jalani Hidup?
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat