Suara.com - Menghilangkan bulu kemaluan menjadi tren selama beberapa tahun belakangan. Ada berbagai cara dan metode untuk menghilangkannya.
Salah satunya ialah dengan menggunakan laser. Tapi dilansir dari Healthshot, menghilangkan bulu kemaluan dengan laser dinilai berbaya. Mengapa?
Jadi, pada dasarnya laser hair removal adalah salah satu prosedur kosmetik yang paling umum dilakukan untuk menghilangkan rambut yang tidak diinginkan dari tubuh.
Menurut Dr Nivedita Dadu, dokter kulit, pendiri dan ketua Klinik Dermatologi Dr Nivedita Dadu, penghilangan bulu dengan laser bekerja karena sinar laser dapat diubah menjadi panas.
Cahaya tertarik ke pigmen (melanin) di rambut. Sekarang, pigmen gelap ini menyerap cahaya dan mengubahnya menjadi panas. Panas kemudian mempengaruhi folikel rambut untuk mencegah pertumbuhan rambut.
Untuk menghancurkan folikel rambut, folikel rambut di mana darah memasok rambut dengan oksigen untuk tumbuh, perlu dihancurkan. Sel induk yang bertanggung jawab untuk regenerasi rambut juga harus dimatikan.
Untuk dapat melakukan ini, suhu sekitar 70 derajat perlu dicapai. Semakin gelap dan tebal rambutnya, semakin banyak pigmen yang dapat ditahannya, dan semakin banyak cahaya yang diserapnya.
Inilah mengapa penting untuk tidak melakukan waxing atau mencabut rambut Anda sebelum perawatan, karena jika tidak ada rambut di sana, tidak ada cara bagi sinar laser untuk merawat folikel rambut tersebut.
Saat cahaya dipancarkan, ia kemudian diserap oleh pigmen di rambut, dan bergerak melalui rambut untuk menghancurkan akar. Rambut itu rusak dan tidak tumbuh kembali.
Baca Juga: Studi: 50 Persen Perempuan Tak Paham Anatomi Organ Intimnya, Kok Bisa Ya?
Teknologi laser dan frekuensi radio menstimulasi kolagen dan aliran darah dengan menginduksi panas terkontrol di jaringan yang lebih dalam. Jika perawatan ini tidak diberikan dengan hati-hati, ada risiko jaringan parut dan luka bakar. Ada banyak alasan yang membuatnya tidak aman, terutama di sekitar area vagina Anda.
Perawatan laser vagina membantu meringankan masalah yang terkait dengan menopause, seperti kekeringan, nyeri, dan disfungsi seksual, tetapi keamanan teknik ini tidak jelas.
“Perawatan laser vagina menyebabkan atrofi vulvovaginal, suatu kondisi yang sering menyertai menopause dan dapat mencakup gejala seperti vagina kering, nyeri saat berhubungan seksual, dan inkontinensia urin. Perawatan laser ini disetujui untuk kondisi ginekologi dan dermatologi lainnya, ”jelas Dr Dadu.
“Setelah perawatan laser di area vagina, hubungan intim bisa menjadi lebih menyakitkan dari sebelumnya. Perempuan bisa mengalami berbagai komplikasi, termasuk vagina robek yang serius, perdarahan dan jaringan parut yang membentuk penghalang. Tonjolan vagina yang ringan, rasa kendor pada vagina saat berhubungan, angin vagina, perlu belat untuk buang air besar, serta stres inkontinensia urin (SUI), ”dia mengingatkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda