Suara.com - Tim independen bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pandemi Covid-19 bisa menjadi momen untuk merevolusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dilansir ANTARA, panel yang dibentuk untuk menyelidiki respons global atas pandemi virus corona itu menyebut WHO kurang bertenaga, kekurangan dana dan memerlukan reformasi mendasar untuk memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk merespons dengan lebih efektif terhadap wabah penyakit mematikan.
"Kami di sini bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk membuat rekomendasi konkret untuk membantu dunia merespons lebih cepat dan lebih baik di masa depan," kata salah satu ketua panel, mantan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, kepada wartawan, Selasa (19/1).
Laporan panel tersebut mengatakan pada Senin bahwa para pejabat China seharusnya menerapkan langkah-langkah kesehatan publik dengan lebih ketat pada bulan Januari untuk mencegah pewabahan COVID-19 yang pertama, dan mengkritik WHO karena tidak mengumumkan status darurat internasional hingga 30 Januari.
"Ketika negara-negara anggota berpaling kepada WHO untuk kepemimpinan, mereka tetap kekurangan tenaga dan sumber daya untuk melakukan pekerjaan yang diharapkan," kata Johnson Sirleaf, menambahkan bahwa dia yakin WHO dapat direformasi.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada Dewan Eksekutif WHO pada awal perdebatan tentang laporan itu bahwa mereka berkomitmen pada akuntabilitas dan perubahan.
Banyak pemerintah di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, Australia, dan Uni Eropa, telah menyerukan agar WHO direformasi atau direstrukturisasi di tengah kritik atas tanggapannya terhadap wabah COVID-19.
Badan kesehatan PBB itu juga diguncang oleh keputusan Amerika Serikat tahun lalu untuk menghentikan pendanaan, dan telah dituduh terlalu dekat dengan China pada fase pertama pandemi, tuduhan yang dibantah oleh WHO.
Johnson Sirleaf dan sesama ketua panel, mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark, berulang kali mencatat bahwa kemampuan WHO untuk menegakkan nasihatnya, atau memasuki negara-negara untuk menyelidiki sumber wabah penyakit, sangat dibatasi.
Baca Juga: Hari Ini, 4 Dokter di Balikpapan Kena Covid, Kasus Harian Tambah 101 Pasien
Pandemi virus corona telah menunjukkan bahwa 194 negara-negara anggota WHO harus bergerak cepat untuk mereformasi, mendorong pendanaan, dan memberikan kekuatan bagi agensi yang berbasis di Jenewa itu untuk menegakkan regulasi kesehatan internasional.
"Apakah ini momen (Chernobyl) untuk WHO dan sistem kesehatan global?" tanya Clark, yang menambahkan bahwa negara-negara anggota WHO akan harus menghadapi ini.
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat telah menuduh WHO telah menjadi China-sentris, yang dibantah oleh badan tersebut. Negara-negara Eropa yang dipimpin oleh Prancis dan Jerman telah mendorong agar kekurangan dana, tata kelola, dan kewenangan hukum WHO ditangani.
Menggambarkan pendanaan WHO sebagai menyedihkan, Clark mengatakan pada taklimat: "WHO tidak diberdayakan untuk tugas itu. Semuanya dilakukan atas dasar kerja sama."
"Apakah itu cukup di zaman sekarang ini, ketika patogen bisa menyebar begitu cepat ?" ujarnya.
Berita Terkait
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
-
Remaja Perempuan Usia 15-24 Tahun Paling Rentan Jadi Korban Kekerasan Digital, Kenapa?
-
Sejarah dan Makna Hari Anak Sedunia, Diperingati Setiap 20 November
-
Kasus TBC di Jakarta Capai 49 Ribu, Wamenkes: Kematian Akibat TBC Lebih Tinggi dari Covid-19
-
Gaza Butuh Rp116,3 Triliun untuk Pulihkan Layanan Kesehatan yang Hancur Total
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis