Suara.com - Banyak orang berpikir bahwa penyakit jantung hanya dialami oleh orang dewasa. Padahal, bayi yang baru lahir juga bisa mengalami penyakit jantung.
Penyakit jantung bawaan adalah kondisi terjadinya satu atau lebih kelainan maupun masalah dengan struktur atau fungsi jantung sejak lahir (kongenital).
Pada kasus penyakit jantung bawaan, dapat terjadi kemungkinan kondisi abnormal terhadap fungsi jantung di dalam tubuh, misalnya penyumbatan aliran darah, perlambatan aliran darah, atau jalur aliran darah yang tidak semestinya.
“Berdasarkan data statistik, sebanyak 40.000 dari 4 juta bayi di Indonesia mengidap penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit yang dibawa anak sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna sejak masih janin," okter spesialis jantung anak Siloam Hospitals Kebon Jeruk Prof. dr. Ganesja Harimurti, Sp.JP(K) yang juga menjadi anggota dari Siloam Heart Institute, dalam webinar, Jumat, (29/1/2021).
Saat jantung janin mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, terdapat kemungkinan terjadinya gangguan yang menyebabkan jantung janin tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk itu penting bagi orangtua mengetahui faktor risiko agar anak terhindar dari penyakit jantung bawaan. Ganesja menyebutkan bahwa ada beberapa faktor risiko yang membuat anak mengalami penyakit jantung bawaan.
"Pertama adalah usia ibunya, jadi usia ibu pada waktu hamil. Kalau sudah tua, atau sudah 35 tahun ke atas (itu berisiko mengalami penyakit jantung bawaan," kata Ganesja .
Oleh karena itu, akan lebih baik bahwa perempuan hamil di bawah usia 35 tahun. Sedangkan bagi mereka yang hamil di atas usia tadi harus berhati-hati.
Selanjutnya, faktor risiko lainnya ialah penyakit bawaan lainnya, seperti diabetes hingga hipertensi. Selain itu, meminum obat warung pada saat hamil juga makin memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung bawaan itu.
Baca Juga: Mesti Dicatat, Ini Gejala Penyakit Jantung Aritmia yang Jarang Disadari
"Misal demam dan beli obat di warung, ternyata obat itu memang mempengaruhi pembentukan struktur jantung. Jadi ibu hami ada masalah flu batuk dan demam tanya ke dokternya," kata dia.
Selanjutnya juga aktivitas rontgen yang dilakukan ibu hamil. Oleh sebab itu Ganesja menyarankan untuk menghindari aktivitas rontgen hingga tiga bulan pertama kehamilan.
"Kalau harus banget rontgen nanti perut ibunya ditutup dengan suatu pelindung sehingga anak tidak kena sinar radiasi rontegen," ujar dia.
Faktor risiko lainnya juga keturunan dan juga aktivitas merokok baik yang dilakukan oleh ibu hamil atau sang ayah.
"Kalau ibunya waktu dulu ada kelaianan jantung itu harus dioperasi jadi anaknya harus diperiksa. karena kemungkinana itu ada. Memang kemungkinannya kecil. tapi ada," kata Ganesja.
kemudian ada faktor merokok, baik merokok aktif atau pasif misal baik jadi terhadap merokok ini harus bilang no.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia