Suara.com - Ayam goreng tepung telah menjadi salah satu kudapan paling populer. Padahal konsumsi ayam goreng memiliki berbagai konsekuensi untuk kesehatan.
Melansir dari Eat This, berikut beberapa masalah kesehatan yang bisa terjadi akibat terlalu banyak konsumsi ayam goreng, antara lain:
1. Peningkatan Kadar Kolesterol
Ashely Kitchens, MPH, RD, LDN menyatakan bahwa makanan yang digoreng seperti ayam goreng, bisa menyebabkan kadar kolesterol Anda meningkat.
"Saat digoreng, makanan menjadi lebih padat kalori karena bagian luar makanan kehilangan air dan menyerap lemak atau minyak," kata Kitchens.
"Minyak yang digunakan untuk menggoreng makanan mengandung lemak trans yang telah terbukti meningkatkan LDL Anda," imbuhnya.
2. Peningkatan Berat Badan
Ayam goreng sering kali dicelupkan ke dalam adonan atau tepung dan kemudian digoreng sampai terendam minyak goreng, sehingga ayam akan sangat menyerap minyak. Memilih ayam goreng dari makanan berprotein seperti ayam dapat menghasilkan setidaknya 200 kalori ekstra.
3. Peningkatan risiko diabetes tipe 2
Baca Juga: Hits: Covid-19 Parah Bisa Picu Diabetes, Wortel untuk Penderita Kolesterol
Meskipun ada banyak faktor risiko diabetes tipe 2, namun salah satunya adalah kelebihan berat badan. Faktor risiko utama lainnya adalah memiliki kolesterol tinggi, khususnya peningkatan kadar LDL.
Jadi, jika makan ayam goreng secara teratur membuat Anda kelebihan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol, sehingga berisiko terkena diabetes tipe 2.
4. Perubahan Suasana Hati
Sekitar 95 persen dari suplai serotonin atau hormon perasaan senang tubuh diproduksi oleh bakteri usus di saluran gastrointestinal (GI) atau pencernaan. Saluran pencernaan Anda juga dilapisi dengan jutaan sel saraf yang disebut neuron di mana membantu mencerna makanan dan mengatur suasana hati Anda.
Berapa banyak serotonin yang dihasilkan usus Anda sebagian besar didasarkan pada seberapa banyak bakteri baik yang menyusun mikrobioma usus.
Makan gorengan secara teratur dapat menyebabkan lebih banyak bakteri jahat terbentuk daripada bakteri baik yang kemudian dapat menyebabkan lebih banyak peradangan dalam tubuh. Hal ini yang kemudian dapat menghambat produksi serotonin di usus dan kemudian dikomunikasikan dengan otak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis