Suara.com - Pengadaan vaksin mandiri Covid-19 masih menuai pro kontra. Sejumlah pihak khawatir program tersebut menyerobot jatah dosis vaksin kelompok rentan yang seharusnya menjadi prioritas.
Meski demikian, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Menurutnya, vaksin mandiri justru bisa mempercepat tercapainya kekebalan kelompok atau herd immunity dengan terget 70 persen penduduk Indonesia tervaksinasi.
"Vaksin itu diberikan gratis ke seluruh masyarakat Indonesia oleh pemerintah. Merupakan hak mereka. Jadi walaupun ada program vaksin gotong royong (vaksin mandiri), ini tidak menghilangkan hak mereka untuk mendapat vaksin gratis," kata Menkes Budi dalam konferensi pers Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, dikutip dari ANTARA, Sabtu, (20/2/2021).
Menkes Budi beranggapan lantaran belum ada bukti ilmiah terkait berapa lama vaksin Covid akan memberikan kekebalan, sehingga percepatan mencapai target herd immunity lebih baik dilakukan. Meski belum diatur secara penyeluruh terkait mekanisme dan pelaksaannya, vaksin mandiri dicanangkan untuk para karyawan swasta dan pengusaha.
Tetapi, kelompok masyarakat sipil meragukan hal tersebut. Menurut Inisiator Lawan Covid-19 Irma Hidayana, kurang tepat jika pengadaan vaksin mandiri untuk mempercepat herd immunity.
Ia mengatakan, jika tujuannya untuk kekebalan kelompok, pemerintah seharusnya fokus memprioritaskan kelompok rentan terlebih dahulu untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
"Coba untuk baca-baca, saya bukan epidemiolog, saya praktisi dan pemerhati kesehatan masyarakat, jadi herd immunity itu sebenarnya bisa dilakukan dengan hitungan memang semakin banyak orang yang divaksin semakin bagus. Tetapi dalam situasi emergency seperti ini, semakin banyak itu angkanya tidak random," kata Irma dalam konferensi pers daring, Minggu (21/2/2021).
Ia menegaskan, vaksinasi seharusnya diselesaikan dahulu dengan memprioritaskan kelompok rentan seperti tenaga kesehatan, lansia, pejabat publik yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, hingga pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sering mendampingi masyarakat di pemukiman kumuh juga para pekerja sosial.
"Kalau argumentasi pemerintah ini dapat mempercepat herd immunity tapi yang di vaksin adalah siapa saja, bahkan kelompok yang memang sudah steril, tinggalnya saja di daerah yang laju penularannya mungkin rendah, ke mana-mana naik kendaraan pribadi, tidak harus berdagang di pasar, itu tidak tepat sasaran," tegasnya.
Baca Juga: Simbolisasi Vaksinasi Jokowi Tak Dongkrak Minat Warga Mau Divaksin Covid-19
Irma mengatakan, menyasar kelompok rentan terinfeksi agar selesai divaksinasi terlebih dahulu juga berguna untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19. Tetapi jika vaksin mandiri tetap berjalan sesuai dengan rencana dan sasaran yang ditentukan pemerintah, menurut Irma, laju kesakitan dan kematian di masyarakat akan tetap stagnan.
"Tingkat kesakitan masyarakat yang rentan, yang tinggal di daerah dengan laju penularannya tinggi, mereka yang sakit akan tetap sakit. Kemudian yang sakit, meninggal akan tetap parah dan meninggal. Jadi beban anggaran kesehatan pun jadi tetap sama saja. Jadi kayaknya ini yang tidak masuk di akal alasan untuk mempercepat herd immunity," papar Irma.
Tag
Berita Terkait
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Benarkah Vaksinasi Campak Bisa Picu Kecacatan Anak? Ini Penjelasan Dokter
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
Vaksinasi Melonjak, Cuci Tangan Meningkat: Rahasia Keluarga Sehat Ternyata Ada di Tangan Ayah!
-
Waspada! Pneumonia Mengintai Dewasa dan Lansia, PAPDI: Vaksinasi Bukan Hanya untuk Anak-Anak
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda