Suara.com - Para ilmuwan di seluruh dunia masih mencari tahu dan mempelajari efek samping virus corona Covid-19. Para ahli mengatakan bahwa sebanyak dua dari lima orang bisa menderita masalah perut berbulan-bulan setelah terinfeksi virus corona.
Penelitian baru dari China menemukan bahwa 43 persen orang yang dirawat di rumah sakit akibat virus corona Covid-19 mengalami masalah gastrointestinal 90 hari setelah dipulangkan.
Para ilmuwan memeriksa data dari 117 pasien di 12 rumah sakit di provinsi Hubei dan Guangdong, Cina, antara 16 Januari dan 7 Maret 2020.
Mereka menemukan 52 dari 117 orang itu memiliki masalah perut dalam 3 bulan setelah meninggalkan rumah sakit dan hanya satu yang sebanr-benar sembuh.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet, masalah paling umum setelah sembuh dari virus corona adalah kehilangan nafsu makan yang memengaruhi 24 persen pasien.
Sebanyak 18 persen mengalami efek samping mual dan refluks aman. Sedangkan, 15 persen lainnya yang pulih dari virus corona mengalami diare.
Ada pula gejala kurang umum termasuk kembung yang dialami 14 persen pasien dan sendawa pada 10 persen pasien.
Dilansir dari The Sun, 9 persen pasien juga mengalami muntah dan 7 persen sakit perut setelah keluar dari rumah sakit. Sementara itu, darah dalam kotoran adalah efek samping langka yang hanya dilaporkan oleh dua pasien.
Para peneliti mengatakan bahwa dari 52 pasien, 65 persen mengembangkan gejala yang berhubungan dengan perut saat berada di rumah sakit.
Baca Juga: Bolehkah Makan Sebelum Tes Covid-19? Begini Saran Ahli!
Hanya 6 persen yang mengalami efek samping setelah dipulangkan. Sementara 29 persen sudah mengalaminya saat masuk rumah sakit.
Tak satu pun dari 65 pasien lain dalam penelitian ini yang tidak melaporkan masalah gastrointestinal yang terus-menerus setelah dipulangkan.
Para peneliti mengatakan bahwa pasien yang memiliki masalah usus memiliki usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh yang sama. Mereka juga berada di rumah sakit dalam waktu yang kurang lebih sama.
Dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita gejala usus, pasien ini lebih mungkin dirawat dengan kesulitan bernapas dan kelelahan.
Mereka juga lebih jarang sakit parah dibandingkan mereka yang tidak memiliki masalah perut, meskipun perbedaannya tidak signifikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
Terkini
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?