Suara.com - Vaksinasi Covid-19 tengah berlangsung di sejumlah negara. Indonesia sendiri telah melakukan vaksinasi pada tenaga kesehatan, lansia dan sejumlah pekerja esensial.
Tujuan diberikannya vaksinasi Covid-19 ialah untuk mengurangi risiko penularan sekaligus juga mencapai herd immunity. Meski demikian masih belum diketahui apakah vaksin Covid-19 yang ada sekarang juga efektif melawan virus corona baru.
Di samping itu, ada pertanyaan lain yang kerap diajukan masyarakat. Mampukah vaksin Covid-19 mengurangi dampak jangka panjang Covid-19 atau dikenal dengan long Covid-19.
Long Covid-19 sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan gejala yang dihadapi orang lama setelah sembuh. Konon, orang yang menderita long Covid-19, mengalami kerusakan permanen pada paru-paru, jantung, ginjal, atau otak mereka atau terus mengalami gejala yang menetap meskipun tidak ada kerusakan yang terdeteksi pada organ-organ ini.
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa suntikan Covid-19 sebenarnya dapat meredakan gejala dalam jangka panjang.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari North Bristol NHS Trust dan University of Bristol, vaksinasi Covid-19 dapat meredakan gejala pada pasien yang menderita dampak jangka panjang COVID-19.
Menurut ilmuwan tersebut, ada "sedikit peningkatan secara keseluruhan" yang terlihat dalam jarak jauh setelah mereka menerima suntikan vaksin.
Studi tersebut, yang belum ditinjau sejawat, mengamati kasus 44 pasien COVID lama yang divaksinasi dan 22 pasien COVID lama yang tidak divaksinasi.
Sebelum vaksinasi, sebagian besar pasien menunjukkan gejala yang serius dan mengeluhkan rasa lelah, sesak dan susah tidur.
Baca Juga: Tak Tahu Keluarga DPRD Dapat Vaksin Gratis, Wagub Riza: Saya Baru Dengar
Pada bulan Januari dan Februari, beberapa peserta menerima suntikan vaksin, diikuti dengan gejala yang dicocokkan dengan mereka yang belum divaksinasi. Sebulan kemudian, kedua kelompok dinilai kembali dan ditanya apakah gejala mereka membaik, memburuk atau tetap sama.
Para peneliti menemukan penurunan 5,6 persen dalam gejala yang memburuk dan 23,2 persen peningkatan dalam resolusi gejala di antara peserta yang divaksinasi berlawanan dengan 14,2 persen dan 15,4 persen untuk masing-masing yang tidak divaksinasi.
Namun, para ilmuwan mengklarifikasi bahwa studi tersebut terlalu kecil "untuk membuat kesimpulan yang tegas." Menurut mereka, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendukung klaim tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis