Suara.com - Kementerian Kesehatan mengakui pelacakan pasien tuberkulosis (TB) selama 2020 menurun hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi itu terjadi tak lepas karena adanya pandemi Covid-19.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, selama 2020 hanya 350 ribu kasus TB yang dilaporkan. Sedangkan pada tahun 2019 jumlah kasus TB yang ditemukan atau berhasil diskrining mencapai 560 ribu.
"Padahal kita memiliki perkiraan 840 ribu kasus TB terjadi di Indonesia. Ini catatan kita bahwa untuk menemukan kasus TB harus lebih banyak penemuan aktif. Di masa pandemi bahwa kegiatan yang sifatnya aktif di masyarakat harus memenuhi beberapa ketentuan untuk protokol kesehatan," kata Nadia dalam pembukaan webinar 'Bersama Eliminasi TBC dan Lawan Covid-19', Rabu (24/3/2021).
Dari hasil kajian pada tahun 2017, lanjut Nadia, ditemukan hanya 24 persen orang dengan gejala TB mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk memeriksakan kondisinya. Menurut Nadia, angka itu kemungkinan makin menurun selama masa pandemi.
"Karena mungkin masih ada rasa takut datang ke fasyankes," imbuh Nadia.
Dari hasil kajian itu pula diketahui bahwa baru seperempat orang dalam jumlah kasus TB yang tahu gejala penyakit tersebut. Padahal TB termasuk penyakit menular tang bisa disembuhkan asal pasien menjalani pengobatan hingga tuntas.
"Kita tahu bahwa tuberkulosis adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Tapi kita lihat TBC masih jadi penyakit menular dan masalah kesehatan baik tingkat global maupun di Indonesia. Artinya kalau kita lihat ini usaha yang harus dilakukan untuk bisa memastikan pasien TBC bisa dapat akses pengobatan dan menyelesaikan," tuturnya.
Untuk mencapai target Indonesia eliminasi tuberkulosis pada 2030, Nadia mengingatkan, perlu adanya sinergi dari seluruh fasyankes dan tenaga kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta.
"Harus kita komitmen bersama untuk buat jejaring berdasar supaya bisa capai target eliminasi tuberkulosis 2030," pungkasnya.
Baca Juga: Hentikan Pengobatan Tanpa Instruksi Dokter, Pasien TB Bisa Alami Kebal Obat
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif