Suara.com - National Institute for Health and Care Excellence (NICE), dari Departemen Kesehatan Inggris, baru-baru ini mengimbau para dokter untuk memberi terapi fisik dan psikologis pada penderita nyeri kronis yang tidak diketahui penyebabnya.
NICE mendorong agar penderita penyakit kronis ditawari olahraga, terapi bicara, dan akupuntur, alih-alih menggunakan analgesik atau obat pereda nyeri.
Dokter juga bisa mempertimbangkan untuk meresepkan antidepresan, lapor The Guardian.
Menurut NICE, hanya ada sedikit atau, bahkan, tidak ada bukti, bahwa mengobati penyakit kronis dengan analgesik membuat perbedaan pada kualitas hidup pasien, rasa sakit, maupun tekanan psikologis pasien.
Nyeri tanpa penyebab yang diketahui dan bertahan setidaknya selama tiga bulan disebut nyeri primer kronis. Sedangkan jika disebabkan oleh penyakit seperti osteoartritis, rheumatoid arthritis, kolitis ulserativa atau endometriosis dikenal sebagai nyeri sekunder kronis.
NICE juga merekomendasikan agar dokter membuat rencana perawatan pengelolaan rasa sakit pasien berdasarkan seberapa buruk rasa nyeri memengaruhi aktivitas sehari-hari mereka, kegiatan apa yang dirasa masih bisa dilakukan.
Dokter juga harus jujur dengan ketidakpastian prognosis atau prediksi perkembangan suatu penyakit kepada pasien.
Rencana tersebut harus mencakup perawatan yang telah terbukti efektif dalam menangani nyeri primer kronis, seperti program olahraga, terapi perilaku kognitif (CBT), dan terapi penerimaan dan komitmen (ACT).
“Akupunktur juga direkomendasikan sebagai pilihan, asalkan diberikan dalam parameter yang jelas. Antidepresan amitriptyline, citalopram, duloxetine, fluoxetine, paroxetine atau sertraline juga dapat digunakan," tulis NICE.
Baca Juga: Tya Ariestya Sukses Dapatkan Masa Subur Tanpa Obat, Benarkah Efek Diet?
Pasien tidak boleh memulai dengan obat yang biasa digunakan seperti parasetamol, obat antiinflamasi non steroid, benzodiazepin atau opioid, yang menimbulkan risiko, salah satunya kecanduan.
Perwakilan pasien yang membantu Nice menyusun pedoman baru, Lucy Ryan, menyambut baik perubahan pedoman tersebut karena pasien terkadang tidak diberi tahu tentang hal itu.
“Setiap orang dengan nyeri kronis mengalami nyeri secara berbeda, jadi saya merasa semakin banyak pilihan yang tersedia untuk membantu orang secara efektif mengelola nyeri mereka, semakin baik,” pungkas Ryan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama