Suara.com - Meningkatknya berat badan khususnya di area perut nyatanya bisa berefek pada perkembangan penyakit jantung. Hal ini dinyatakan dalam studi yang terbit pada jurnal AHA Circulation.
Melansir dari Medicinenet, pernyataan ilmiah baru dari American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa bukan berat badan secara keseluruhan yang terkait dengan masalah jantung, namun spesifik pada lemak di perut.
"Sementara obesitas dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya penyakit jantung, tidak semua lemak tubuh berefek sama," kata Dr. Ruwanthi Titano, seorang ahli jantung dan asisten profesor di Fakultas Kedokteran Icahn Mount Sinai di New York City.
Penelitian ini telah menemukan bahwa lemak yang terkonsentrasi di sekitar bagian tengah sangat bermasalah. Ukuran pinggang yang lebih besar dapat menandakan lebih banyak lemak visceral lemak dalam yang membungkus organ dalam.
"Lemak visceral, tampaknya lebih aktif secara metabolik daripada lemak yang menumpuk di bawah kulit pinggul dan paha. Ini melepaskan sitokin dan zat lain yang meningkatkan peradangan dan dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ," ujar Titano.
"Lemak viseral juga dikaitkan dengan resistensi insulin," kata Titano. Resistensi insulin menunjukkan hilangnya kepekaan terhadap hormon insulin yang mengatur gula darah di mana dapat menyebabkan diabetes tipe 2, faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke.
Menurut Institut Jantung, Paru-paru, dan Darah Nasional Amerika Serikat, risiko penyakit jantung meningkat ketika ukuran pinggang melebihi 35 inci untuk perempuan dan 40 inci untuk pria.
"Dalam hal mengelola lemak perut ekstra, tidak ada pola makan ajaib, Anda juga perlu latihan aerobik, jenis olahraga yang membuat jantung Anda terpompa yang terbaik untuk mengurangi lemak perut," jata Dr. Tiffany Powell-Wiley, seorang penyelidik di NHLBI, memimpin komite penulisan pernyataan AHA.
"Ditambah lagi olahraga memiliki banyak manfaat selain memangkas lingkar pinggang. Ini meningkatkan kebugaran kardiovaskular yang membantu mencegah penyakit jantung dan membuat tugas sehari-hari lebih mudah seperti naik tangga. Olahraga juga dapat membantu orang tidur lebih nyenyak, mengelola stres dan merasa lebih baik," imbuh Powell-Wiley.
Baca Juga: Sering Sesak Napas dan Terbangun Saat Malam, Tanda Penyakit Jantung?
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?