Suara.com - Seorang ilmuwan di Inggris mendapatkan laporan anekdot tentang kuku Covid-19 atau garis horizontal di kuku para penyintas Covid-19 beberapa bulan setelah terinfeksi virus corona.
Tim Spector, seorang profesor epidemiologi genetik di King's College London, salah satu ahli di balik aplikasi ZOE Covid-19 Symptom Studi, pun pertama kalinya menandai laporan tentang kuku Covid-19 di laman Twitter-nya.
Ia mengatakan laporan tentang kuku Covid-19 semakin banyak. Kuku Covid-19 ini dikenal sebagai kondisi kuku pasien setelah pulih dari infeksi virus corona Covid-19.
Pemulihan virus corona Covid-19 ini telah meninggalkan garis horizontal yang cukup jelas pada kukunya. Kuku Covid-19 ini bisa terjadi tanpa adanya ruam kulit dan biasanya tidak berbahaya.
Tim Spector pun mendapatkan beberapa gambar kuku Covid-19. Ia memberikan laporan tambahan tentang tonjolan kuku pada 4-8 minggu setelah suntik vaksin Covid-19.
Ia memberi tahu pengikutnya di Twitter bahwa tonjolan kuku bisa terjadi setelah infeksi penyakit, trauma atau penyakit lain yang mengganggu sistem kekebalan, seperti virus corona Covid-19. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai garis Beau.
Garis Beau adalah garis horizontal yang melintasi kuku dan bisa terjadi ketika pertumbuhan di area bawah kutikula terganggu oleh penyakit parah atau cedera fisik.
Masalah kesehatan lain yang bisa menimbulkan garis Beau ini termasuk diabetes yang tidak terkontrol, penyakit pembuluh darah perifer, demam berdarah, campak, gondok, pneumonia, dan kekurangan seng dalam tubuh.
Sejauh ini dilansir dari Fox News, belum ada pengobatan khusus untuk menangani garis Beau. Kondisi ini biasanya sembuh sendiri jika masalah kesehatan yang mendasar juga hilang atau terkontrol.
Baca Juga: SAGE: Varian Virus Corona India 50 Persen Lebih Menular dari Varian Inggris
Tapi, beberapa pakar kesehatan telah mendokumentasikan perubahan kuku terkait infeksi virus corona Covid-19, seperti Asosiasi Medis Kanada yang menerbitkan laporan mengenai kasus ini pada September 2020 lalu.
Dalam laporan tersebut, para peneliti merinci seorang pria usia 45 tahun yang mengalami lekukan horizontal di atas kuku jari tangan dan kakinya. Ia telah didiagnosis terinfeksi virus corona Covid-19 dengan gejala demam dan tak perlu melakukan rawat inap.
Para peneliti menyimpulkan bahwa jarak garis Beau dari lipatan kuku proksimal pada para pasien mencerminkan lamanya mereka terinfeksi virus corona Covid-19. Namun, belum jelas tanda itu berkaitan dengan tingkat keparahan infeksi atau tidak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara