Suara.com - Munculnya varian baru virus Corona, termasuk varian dari India yang disebut lebih menular, kembali membuka perbincangan tentang efektivitas vaksin.
Terkait hal ini, Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Profesor Tjandra Yoga Aditama mengemukakan ada sedikit penurunan efektivitas sejumlah vaksin COVID-19 terhadap varian B1617 saat dibandingkan dengan B117.
"Varian B1617 ini terdiri atas tiga jenis, yaitu B1617.1, B1617.2 dan B1617.3 dan masih terus banyak dibahas termasuk dampaknya pada pasien dari India yang meninggal dunia," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan laporan awal dari Inggris, kata Tjandra, data efikasi vaksin Pfizer BioNTech adalah 93,4 persen terhadap B117 dan 87,9 persen terhadap B1617.2.
Sedangkan penelitian ilmiah vaksin AstraZeneca adalah 66,1 persen terhadap B117 dan juga sedikit lebih rendah 59,8 terhadap B1617.2.
Tjandra mengatakan dampak varian B1617 terhadap efikasi vaksin telah banyak dibahas para pakar, di antaranya penelitian berskala kecil yang menunjukkan penurunan dua kali dari kapasitas netralisasi terhadap varian B1617.1 sesudah dua dosis vaksin SII–Covishield, dibandingkan dengan terhadap lineage B1 secara umum.
Ada juga penelitian skala kecil lain yang menunjukkan penurunan netralisasi terhadap B1617.1 pada vaksin Moderna- mRNA-1273 berdasarkan pengambilan 15 sampel penelitian. Sedangkan Pfizer BioNTech hanya sepuluh sampel.
Tjandra juga melaporkan ada data penurunan netralisasi terhadap varian B1617 pada vaksin Bharat-Covaxin, bila dibandingkan dengan varian yang menjadi perhatian WHO, B117.
"Karena data-data masih awal maka WHO menyatakan bahwa bukti ilmiah dampak efikasi vaksin pada varian B1617.1, B1617.2 atau B1617.3 memang masih amat terbatas. Artinya perlu ditunggu perkembangan hasil penelitian selanjutnya," katanya.
Baca Juga: Dokter Peringatkan Olimpiade Tokyo 2020 Berisiko Munculkan Varian Baru Virus Corona
Menurut Tjandra terdapat sejumlah sifat varian SARS-CoV-2 B1617 yang diungkap berdasarkan laporan ilmiah yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia, (WHO) per 25 Mei 2021.
Tjandra mengatakan sudah ada beberapa data ilmiah yang menunjukkan bahwa varian B1617 lebih mudah menular.
"Data terbaru dari Inggris tanggal 29 Maret sampai 28 April 2021 menunjukkan bahwa 'secondary attack rates' varian B1617.2 lebih tinggi dibandingkan B117," katanya.
Laporan berikutnya, dampak dari serangan B1617 yang berpotensi membuat penyakit yang diderita pasien menjadi lebih berat dan parah atau menyebabkan kematian, kata Tjandra, masih dalam status “under investigation”, artinya masih diperlukan data ilmiah yang lebih sahih untuk membuat kesimpulan akhir.
Terkait kemungkinan terinfeksi ulang sesudah sembuh, kata Tjandra, statusnya masih “under investigation”. Tetapi WHO sudah menyatakan bahwa ada kemungkinan B1617.1 mengakibatkan penurunan aktifitas netralisasi.
Tjandra menambahkan sejauh ini belum ada laporan ilmiah yang sahih tentang dampak varian B1617 terhadap diagnosis COVID-19 dengan PCR dan atau rapid antigen.
Berita Terkait
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
CEK FAKTA: Joe Biden Terserang Kanker Gara-gara Vaksin Covid-19, Benarkah?
-
Seorang Dokter di Inggris Coba Bunuh Pasangan Ibunya dengan Vaksin COVID-19 Palsu!
-
Pesta Seks Selama Pandemi dan Kebohongan Vaksin Covid-19, Dokter di New York Terancam Penjara!
-
Kemenkes Bantah Adanya Detoksifikasi Vaksin Covid-19, Definisinya Beda Jauh
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan