Suara.com - Keterisian tempat tidur di rumah sakit alias Bed Occupancy Rate atau BOR oleh pasien Covid-19 telah menurun dalam sepekan terakhir. Namun penurunan itu tidak diikuti dengan jumlah angka kematian harian.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penurunan BOR menjadi salah satu parameter baik dalam penanganan wabah. Namun, pemerintah juga masih mengidentifikasi penyebab kematian pasien Covid-19 yang masih tinggj dalam beberapa pekan terakhir.
Data Kemenkes per 2 Agustus 2021, dari total kasus aktif Covid-19 sebanyak 523.164 kasus, hanya 14,8 persen atau sekitar 77.922 kasus aktif yang dirawat di rumah sakit.
"Berarti lebih dari 80 persen kasus aktif ini ada di masyarakat, baik yang saat ini sedang menjalani isolasi mandiri," kata Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi dalam konferensi pers daring, Rabu (4/8/2021).
Berdasarkan hasil evaluasi PPKM level 4, pemerintah memperkirakan bahwa ada beberapa faktor penyebab kematian pasien Covid-19 masih tinggi. Di antaranya terjadi ketika pasien tiba di unit gawat darurat namun sudah dalam kondisi terlalu berat.
Menurut Nadia, sebagian pasien belum mengenali tanda kegawatan gejala, sehingga terlambat mendapatkan perawatan rumah sakit rujukan Covid-19.
"Terutama terjadi juga pada kelompok pasien yang berusia lanjut. Oleh karena itu untuk menekan angka kematian tersebut, perlu dilakukan pemantauan isolasi. Penentuan apakah seseorang yang positif untuk menjalani isolasi mandiri atau isolasi terpusat harus dilakukan oleh petugas kesehatan. Sehingga jika muncul tanda kegawatan dapat segera dirujuk ke rumah sakit terdekat," papar Nadia.
Ia menambahkan, perlu dipastikan juga tracing kontak erat pasien yang berisiko tinggi tertular agar menjalani karantina minimal 5 hari. Ditambah juga dengan memperkuat sistem rujukan sampai ke level terkecil seperti RT dan RW.
"Ingat, saat ini kita sedang berperang melawan varian Delta yang merupakan varian baru Covid-19. Kita juga harus selalu waspada bila gejala sesak muncul saat kita melakukan isolasi mandiri. Segera datangi fasilitas isolasi terpusat dan jangan ditunda," pungkas Nadia.
Baca Juga: Kematian Pasien Covid-19 di Jawa Tengah Tertinggi Nasional Pada Juli
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan