Suara.com - Jumlah kasus penyakit lepra di Indonesia masih termasuk salah satu yang terbanyak di dunia. Secara global, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan penderita lepra terbanyak, setelah India dan Brasil.
Pada 2019, jumlah pasien lepra mencapai 17.439 kasus, naik 2,48 persen dibanding tahun sebelumnya.
Termasuk penyakit infeksi sistemik, lepra bisa membuat penderitanya mengalami komplikasi okular lagoftalmus paralisis atau ketidakmampuan mata untuk menutup rapat. Jika tidak segera ditangani, risiko kebutaan bisa terjadi.
“Penyakit lepra merupakan penyakit infeksi dengan frekuensi komplikasi okular yang cukup tinggi. Kelainan mata pada penyandang lepra, termasuk lagoftalmus paralisis, membutuhkan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat guna mencegah gangguan penglihatan yang bisa berakibat kebutaan," kata dokter spesialis mata Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K)., dalam webinar daring, Selasa (10/8/2021).
Namun, menurut Yunia, keterbatasan akses dan biaya untuk berobat menyebabkan penyandang lepra baru mengunjungi penyedia layanan kesehatan ketika sudah mengalami komplikasi yang mengancam penglihatan.
Dalam disertasi untuk gelar doktornya, dokter Yunia meneliti teknik modifikasi tarsorafi. Ia menjelaskan bahwa teknik tersebut telah terbukti sama efektifnya dengan metode gold weight implant yang paling sering digunakan untuk menangani lagoftalmus paralisis pada penderita lepra.
“Bahkan, dibandingkan metode tersebut, teknik ini juga teruji lebih efisien dari sisi komplikasi dan biaya operasi. Harapan saya, teknik modifikasi tarsorafi segera menjadi langkah penanganan yang bisa menjangkau lebih banyak penyandang lepra dari berbagai kalangan,” ujar Head of Trauma Center sub Spesialis Divisi Plastik dan Rekonstruksi Mata rumah sakit JEC Eye rersebut.
Metode gold weight implant telah dikenal sejak 1958 sebagai teknik dengan tingkat kesuksesan tinggi untuk penanganan lagoftalmus paralisis.
Cara kerja teknik itu dengan menjahitkan implan emas pada bagian kelopak mata atas sehingga penderita lepra dengan lagoftalmus paralisis bisa kembali menutupkan matanya secara pasif, terbantu oleh beratnya implan emas dan gaya gravitasi.
Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Pengobatan Untuk Pulihkan Kebutaan Genetik
Namun, biaya untuk pengobatan gold weight masih relatif mahal, lanjut dokter Yunia. Selain itu juga masih bisa berdampak komplikasi setelah pemasangan implan. Seperti inflamasi, alergi, ekstrusi, migrasi, ptosis, dan astigmatisme.
Dalam penelitiannya, dokter Yunia membandingkan metode gold weight implant dengan modifikasi tarsorafi yang menggabungkan teknik tarsorafi lateral permanen dan levator recess,serta teknik kantopeksi/lateral tarsal strip (LTS) dan kantoplasti.
Penelitian berlangsung selama Oktober 2018-Mei 2020 dengan melibatkan 19 subjek yang terdiri dari 27 mata.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa modifikasi tarsorafi memberi tingkat efektivitas yang sama dengan teknik gold weight implant sebagai tatalaksana operatif lagoftalmus paralisis pada penderita lepra.
Durasi atau lama waktu tindakan yang dibutuhkan metode modifikasi tarsorafi juga sama efisiennya dengan teknik gold weight implant. Hanya saja dinilai lebih murah dan risiko rendah terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
"Bagi penderita lepra yang sebagian besar berasal dari masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah dan pekerjaan yang tidak tetap, tindakan penanganan melalui gold weight implant tentunya membutuhkan pendanaan yang memberatkan."
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat