Suara.com - Sebuah studi meneliti hampir 15.000 pekerja Jepang yang semuanya bekerja dari rumah (WFH) selama pandemi. Penelitian tersebut menunjukkan adanya perubahan kinerja mereka dari sebelum bekerja di rumah.
Melansir dari Everyday Health, empat dari lima pekerja tidak melihat adanya perubahan dalam kinerja pekerjaan mereka, menurut tanggapan survei dari para pekerja. Tetapi 15 persen pekerja mengatakan kinerja mereka memburuk setelah mereka mulai bekerja dari rumah.
Selain itu, orang-orang hampir dua kali lebih mungkin mengalami penurunan kinerja saat terlalu lama menghabiskan waktu untuk duduk saat bekerja. Penelitian ini diterbitkan di Journal of Occupational Health.
"Data ini jauh dari konklusif, tapi mulai mengungkapkan bagaimana perubahan ke pekerjaan jarak jauh dapat mempengaruhi beberapa orang," kata penulis utama studi Kenta Wakaizumi, MD, PhD, seorang peneliti di departemen anestesiologi di Keio University School of Medicine di Tokyo.
"Ada kemungkinan beberapa pekerja duduk berjam-jam karena mereka sangat berkonsentrasi dan tidak istirahat," kata Dr. Wakaizumi.
Di satu sisi sekitar 4 persen menyatakan bahwa duduk membuat mereka lebih konsentrasi. Namun sebagian peserta lain menunjukkan bahwa duduk terlalu lama sepanjang hari membuat lebih sulit untuk fokus.
Pekerja lebih cenderung mengatakan kinerja pekerjaan mereka menurun karena total waktu yang mereka habiskan untuk duduk di siang hari meningkat.
Dibandingkan dengan orang-orang yang tidak banyak bergerak selama kurang dari dua jam sehari, mereka yang memiliki waktu duduk dua hingga empat jam sehari memiliki kemungkinan 22 persen untuk melaporkan kinerja pekerjaan yang lebih buruk.
Pekerja yang duduk setidaknya delapan jam sehari adalah 78 orang persen lebih mungkin untuk melaporkan kinerja pekerjaan mereka menderita.
Baca Juga: PN Medan Perpanjang WFH hingga 8 Agustus
"Ada hubungan antara perilaku menetap (termasuk duduk terlalu lama) dan kesehatan mental yang buruk adalah masalah global," tambah Wakaizumi.
Meskipun sebagian besar data masih belum meyakinkan, tetapi penelitian mengisyaratkan bahwa perilaku menetap atau kurang gerak mungkin memang berkontribusi terhadap lebih banyak stres, suasana hati dan kualitas hidup yang memburuk, dan sekarang kinerja pekerjaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!