Suara.com - Baru-baru ini viral di TikTOk yang menunjukkan orang mengonsumsi madu beku. Tren ini muncul pada 9 Juli ketika pengguna TikTok Dave Ramirez mengaku telah makan madu beku, camilan yang katanya “cukup menyegarkan.”
Sejak itu, tren tersebut telah menarik lebih dari 900 juta tampilan dan telah menampilkan orang-orang yang memakan banyak madu beku.
Tidak mengherankan, beberapa orang yang mencobanya merasa mual atau mengalami gejala gastrointestinal setelahnya.
Ketika dikonsumsi dalam jumlah tinggi, gula dapat menyebabkan kadar gula darah melonjak kemudian jatuh. Gula dosis tinggi juga dapat berdampak pada saluran pencernaan dan menyebabkan mual dan diare.
"Tren ini setara dengan makan banyak permen pada satu waktu - tidak ada manfaat kesehatan, dan itu dapat menyebabkan gula jatuh, yang sering menyebabkan mengidam makanan dan ketidaknyamanan pencernaan," kata Amanda Izquierdo, ahli diet terdaftar yang berbasis di Chicago, seperti dilansir dari Healtline.
Jika ingin mencoba tren tersebut, ahli gizi menyarankan untuk menggunakan madu dalam jumlah sedikit.
Madu, bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan, termasuk peningkatan kesehatan jantung dan kadar antioksidan darah.
Tetapi mengonsumsi terlalu banyak madu dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan yang negatif. Madu dikemas dengan gula dan padat kalori.
Menurut Izquierdo, “Pedoman Diet 2020-2025 untuk Orang Amerika” merekomendasikan agar orang dewasa tetap menambahkan asupan gula di bawah 10 persen dari kalori harian mereka.
Baca Juga: Cara Mudah Hilangkan Watermark Video Tiktok Tanpa Aplikasi Tambahan
Untuk seseorang yang makan 2.000 kalori sehari, itu kurang dari 4 sendok makan madu, jelas Izquierdo.
“Tren ini dapat dengan cepat membuat seseorang makan lebih dari jumlah itu,” kata Izquierdo.
Ketika dikonsumsi dengan cepat, seperti yang dilakukan melalui tren TikTok, madu dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat pesat.
Jamie Hickey, ahli gizi dan pendiri Truism Fitness, mengatakan peningkatan kadar gula darah yang cepat ini dapat menyebabkan “sok gula”.
“Dosis gula yang berlebihan dalam jumlah yang relatif kecil dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi,” kata Hickey, seraya menambahkan bahwa orang pada awalnya mungkin merasa hiper.
Setelah kadar gula darah melonjak, mereka jatuh dalam waktu 2 sampai 3 jam, menurut Jennifer Glockner, ahli gizi diet terdaftar dan pencipta Smartee Plate.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan