Suara.com - Tidak banyak orang yang tahu bahwa kanker paru terbagi dalam dua jenis.
Dua jenis kanker paru yaitu small cell lung cancer (SCLC) atau kanker paru sel kecil dan non-small cell lung cancer (NSCLC) atau kanker paru bukan sel kecil.
Saat ini kanker paru merupakan penyakit yang mendapat perhatian besar karena menjadi penyebab kematian akibat kanker tertinggi di dunia.
Ini terbukti dengan adanya data Global Cancer Statistic (Globocan) 2020 yang menyebut ada 1.796.144 kematian akibat kanker paru di seluruh dunia.
Dijelaskan Spesialis Patologi Anatomi RS Kanker Dharmais, dr. Evlina Suzanna Sinuraya, Sp.PA, bahwa jenis kanker paru SCLC dan NSCLC disebabkan karena hal berbeda.
Untuk itu, gejalanya pun berbeda dan perlu penanganan yang berbeda pula.
"Namun pada dasarnya, NSCLC lebih umum dan sering terjadi dibanding SCLC," ujar dr. Evlina dalam acara diskusi Takeda Indonesia dan Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Kamis (26/8/2021).
Berdasarkan statistik yang dirilis American Cancer Society menemukan, dari total kejadian kanker paru, 85 persen diantaranya kanker paru NSCLC, sisanya 15 persen kanker paru SCLC.
Untuk penanganan kanker paru jenis NSCLC perlu penanganan secara cepat dan tepat, guna menurunkan angka risiko kematian akibat penyakit ini.
Baca Juga: Selidiki Dugaan Penganiayaan, Polisi Bongkar Kuburan Pria 61 Tahun di Pandeglang
Pada kanker paru NSCLC bisa menyebabkan mutasi genetik, seperti KRAS, EGDR, dan ALK. Berbagai jenis mutasi gen inilah yang akhirnya menyebabkan NSCLC akhirnya sulit didiagnosis dan diterapi.
Sementara itu untuk kanker paru SCLC adalah bentuk agresif dari kanker paru, yang biasanya menyebabkan penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lainnya terjadi sangat cepat melalui aliran darah.
Pada umumnya, kanker paru SCLC didiagnosis pada stadium lanjut, dengan penanganan biasanya dilakukan dalam bentuk kemoterapi untuk menekan sel kanker tidak semakin berkembang.
"Namun baik NSCLC maupun SCLC, gejala umum yang bisa dilihat seperti batuk yang tak kunjung hilang, batuk darah, nyeri dada hingga sesak napas, penurunan berat badan yang drastis, sakit kepala, hingga sakit tulang," pungkas dr. Evlina.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group