Suara.com - Depresi termasuk masalah kesehatan tertinggi ketiga pada orang lanjut usia atau lansia, setelah demensia dan insomnia atau gangguan tidur.
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Terkadang, depresi juga menimbulkan rasa ingin bunuh diri.
Menurut dr. Agung Priatmaja, Sp. KJ, M. Kes, depresi pada lansia ini tergolong sangat sulit terdiagnosis dan tidak disadari oleh anggota keluarga maupun lansia itu sendiri.
Karena, sikap dan wajah lansia yang mengalami depresi cukup sulit ditebak. Berbeda dengan orang dewasa muda yang depresi, orang lain bisa menebak mereka depresi dari ekspresi muka yang murung.
"Terkadang anggota keluarga tidak tahu kapan lansia mengalami depresi, kapan lansia mengalami fase manik. Karena, depresi pada lansia ini memang kurang terlihat," kata dr. Agung Priatmaja dalam webinar "Lansia Sehat Bahagia: Mengenal Deemensia, Mengenal Alzheimer" oleh RSJD Surakarta, Selasa (28/9/2021).
Agung Priatmaja pun memaparkan beberapa gejala depresi pada lansia yang bisa diperhatikan, antara lain:
- Kecemasan dan kekhawatiran
- Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya
- Masalah-masalah somatik yang tidak bisa dijelaskan
- Iritabilitas
- Kepaturan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
Tetapi, gejala depresi pada lansia ini seringkali berbaur dengan keluhan fisik atau keluhan somatik. Keluhan somatik inilah yang cenderung terasa dominan dibandingkan perubahan suasana hati akibat depresi.
Ada beberapa keluhan fisik yang mungkin dialami oleh lansia dan itu bisa jadi tanda depresi, antara lain:
- Sakit kepala
- Berdebar-debar
- Sakit pinggang
- Gangguan gastrointestinal
Jadi, terkadang lansia mengeluhkan sakit fisik tersebut dan konsultasi dengan dokter umum serta dokter spesialis untuk mendapatkan obat-obatan. Tetapi seiring berjalannya waktu, kondisinya tak kunjung membaik dan keluhan fisik yang dialaminya itu bisa jadi gejala depresi yang tidak terdiagnosis dan tidak ditangani baik.
Baca Juga: Sembuh dari Virus Corona, Wanita Ini Alami Long Covid Hampir Setahun!
Agung Priatmaja menjelaskan bahwa penyakit fisik yang dialami lansia sering mengacaukan gambaran depresi, seperti mudah lelah dan penurunan berat badan.
Sedangkan, lansia itu sendiri maupun anggota keluarga tidak mempedulikannya. Kebanyakan orang menganggap itu hal yang wajar terjadi pada lansia.
Padahal, lansia yang menutupi rasa sedihnya justru akan lebih aktif. Hal itulah yang menyebabkan depresi pada lansia seringkali tidak terdiagnosis dan diterapi dengan baik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
Terkini
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!