Suara.com - Molnupiravir yang digadang-gadang sebagai antivirus oral pertama untuk mengatasi gejala Covid-19 telah menuai tanggapan pakar kesehatan sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Tjandra Yoga Aditama.
Profesor Yoga menyoroti bagaimana molnupiravir sempat dihentikan penggunaanya untuk uji klinis pada pasien Covid-19 yang sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"Harus diketahui juga bahwa pada bulan April 2021 uji klinik obat molnupiravir ini pada pasien yang dirawat di rumah sakit dihentikan, karena tidak menunjukkan hasil yang baik pada pasien yang sudah masuk rumah sakit," ujar Profesor Yoga melalui keterangannya kepada suara.com, Rabu (6/10/2021).
Namun obat yang diproduksi perusahaan farmasi Merck & Co itu diputuskan untuk dilanjutkan proses uji klinisnya, tapi diberikan pada pasien Covid-19 sebelum dirawat di rumah sakit.
"Waktu bulan April itu diputuskan penelitian diteruskan hanya pada mereka yang belum masuk rumah sakit, yang hasilnya baru diumumkan 1 Oktober ini," tutur Profesor Yoga.
Ahli kesehatan yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu mengungkap hasil penelitian membuktikan, efikasi obat konsisten bekerja terhadap semua virus corona yang sudah ditemukan.
"Data pada 40 persen sampelnya bahwa efikasi molnupiravir adalah konsisten pada berbagai varian yang ditemukan, yaitu Gamma, Delta, dan Mu," tuturnya.
Pihak perusahaan juga mengklaim dari hasil penelitian sementara atau penelitian interim, menunjukan obat antivirus ini bisa menurunkan 50 persen risiko pasien harus dirawat di rumah sakit, termasuk mampu mencegah kematian.
Efek ini hanya berlaku pada pasien Covid-19 kategori ringan dan sedang.
Baca Juga: Long Covid-19 Lebih dari 4 Minggu Bisa Sebabkan Kerontokan Rambut
Adapun rincian data penelitian hanya 7,3 persen atau 28 orang dari 385 orang yang mendapatkan obat molnupiravir yang dirawat di rumah sakit.
Sedangkan pasien Covid-19 yang tidak mendapatkan molnupiravir atau mendapatkan pil plasebo (obat kosong) 14,1 persen atau 53 orang dari 377 orang harus dirawat di rumah sakit.
Ini mengartikan mereka yang tidak mendapatkan obat molnupiravir, dua kali lipat lebih banyak atau dua kali lipat lebih berisiko mengalami keparahan atau dirawat di rumah sakit.
"Selain data masuk RS, pada mereka yang tidak dapat molnupiravir ada 8 orang yang meninggal, sementara yang dari yang mendapat molnupiravir memang tidak ada yang meninggal sampai hari ke 29 penelitian ini dilakukan," jelas Profesor Yoga.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
Terkini
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut