Suara.com - Seiring dengan dibukanya kembali pariwisata Bali dan Kepulauan Riau bagi turis mancanegara, pemerintah juga ikut mengubah aturan terkait karantina kedatangan.
Disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahwa masa karantina bagi orang yang baru datang dari luar negeri berkurang jadi lima hari dari sebelumnya tujuh hari.
Menurut Luhut, waktu lima hari karantina sudah cukup untuk mengurangi risiko penularan virus corona penyebab sakit Covid-19.
"Kami hitung masa inkubasi itu 4,8 hari. Jadi maksimum itu sudah turun di bawah empat persen kemungkinan penularannya," kata Luhut saat konferensi pers virtual, Senin (11/10) lalu.
Namun kebijakan tersebut justru menimbulkan kekhawatirkan adanya kemungkinan penularan yang 'bocor' akibat waktu karantina yang berkurang.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, salah satu faktor penyebab lonjakan kasus positif Covid-19 di Selandia Baru terjadi akibat masa karantina kurang dari tujuh hari.
"Potensi bocornya besar, dalam salah satu studi bahkan 25 persen salah satunya yang membuat New Zealand (Selandia Baru) kebobolan karena masa karantina kurang dari tujuh hari, rata-rata di lima hari," kata Dicky saat dihubungi Suara.com, Rabu (13/10/2021).
Ia menambahkan, berdasarkan data riset mengenai karantina, termasuk di negara perbatasan, masa karantina memang direkomendasikan minimal tujuh hari untuk orang yang sudah divaksinasi dua dosis dengan dua kali tes Covid-19.
Meski tes PCR kedua paling cepat memang bisa dilakukan pada hari kelima karantina, namun turis tetap masih perlu menunggu hasil tes negatif Covid-19 keluar.
Baca Juga: Permudah Akses, Alasan Pentingnya Integrasi Aplikasi PeduliLindungi
Menurut Dicky, sulit mendapatkan hasil tes Covid-19 dengan cepat. Oleh sebab itu kebanyakan negara juga masih memberlakukan masa karantina minimal tujuh hari bagi orang yang baru datang dari luar negeri.
"Umumnya hasil tes itu butuh waktu dan itulah sebabnya, umumnya disebutkan hari ketujuh setelah menerima hasil negatif dari tes yang dilakukan pada hari kelima atau selanjutnya. New Zealand, Australia, CDC Amerika seperti itu standarnya," ucap Dicky.
Selain memperhitungkan kecepatan testing, pemerintah juga sebaiknya mempertimbangkan kemampuan dari fasilitas kesehatan, respon intervensi dalam negeri yang masih belum kuat, juga capaian vaksinasi di Indonesia yang belum sampai 50 persen populasi target.
"Ini bukan hanya masalah pintu masuk,bisa sebetulnya hanya 5 hari tapi juga harus melihat pada reassement yang mempertimbangkan kontak dalam negeri," ujarnya.
"Kalau saya tetap ada tujuh hari yang menjadi. Solusinya menentukan tempat yang bisa membuat orang itu nyaman (karantina) yang bisa diatur," pungkas Dicky.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?