Suara.com - Belum lama ini isu mikroplastik ramai dibicarakan masyarakat. Kabar itu naik setelah Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Indonesia dan Greenpeace Indonesia melansir hasilk risetnya yang mengatakan bahwa galon sekali pakai mengandung mikroplastik.
Dalam riset tersebut, Greenpeace Indonesia, mengatakan bahwa galon sekali pakai sebagai ancaman bagi lingkungan. Meski demikian, sebenarnya paparan mikroplastik bisa terkandung dalam setiap produk plastik.
Setidaknya ada 1.145 produsen air minum kemasan yang tersebar di seluruh Indonesia. Semuanya menyasar pasar dengan level konsumsi air kemasan 26,2 miliar liter per tahun 2016.
Dalam forum yang dihelat Greenpeace tersebut, peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia (UI) Dr. rer. nat. Agustino Zulys, MSc memaparkan sifat khas polimer yang mudah luruh.
“Mikroplastik sebagai sesuatu yang tak terhindarkan bagi manusia modern yang akrab dengan air minum dalam kemasan plastik,” katanya.
Sayangnya, dia tak menyebut secara rinci ihwal alasan di balik fokus riset, kecuali sebaris penjelasan belum pernah ada penelitian terkait mikroplastik pada air minum dalam wadah galon sekali pakai. Sejatinya, di level global, pembahasan soal keberadaan mikroplastik pada air minum kemasan mulai kencang terdengar lepas publikasi riset fenomenal sebuah universitas di Amerika Serikat.
Pada 2018 tepatnya, peneliti Departemen Kimia State University of New York at Fredonia mengungkap keberadaan mikroplastik pada 259 botol air minum kemasan dari 11 merek yang dijual di delapan negara.
Laporan cepat membahana di Indonesia kala itu. Pasalnya, riset itu menggunakan sampel air minum kemasan yang diambil dari Indonesia. Secara khusus, riset menyebut sampel dari Indonesia berasal berupa air dalam botol plastik merek Aqua, milik raksasa air minum dunia Danone, yang dibeli secara acak dari sejumlah tempat di Bali, Medan dan Jakarta, lalu diterbangkan ke Amerika untuk diteliti.
Laporan "Microplastic in Drinking-water" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, antara lain merujuk hasil riset Fredonia dan sekitar 50 riset sejenis lainnya di seluruh dunia, hadir untuk menjawab pertanyaan dan kecemasan global ihwal kemungkinan dampak mikroplastik dalam air minum pada kesehatan manusia.
Baca Juga: Lihat Truk Mogok di Jalan Kehabisan Solar, Polisi Sigap Beli Satu Galon BBM, Salut!
Hanya saja, menurut riset itu, belum ada penelitian yang konklusif ihwal efeknya pada kesehatan manusia dan sebab itu tak perlu jadi biang kecemasan.
Menurut Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan, Rita Endang, penilaian WHO itu belum bergeser. Dia menyebut WHO belum merekomendasikan pemantauan rutin atas mikroplastik.
"Sampai saat ini, belum ada resiko kesehatan terkait mikroplastik," katanya.
Menurut Rita, Pada 2020, rapat bersama Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives jelas sekali menyampaikan adalah belum menjadi prioritas bagi mikroplastik untuk diadakan analisa. “Bahkan pada 2021, otoritas keamanan pangan tertinggi Eropa, European Food Safety Authority, juga menyampaikan hal yang sama, (pemantauan rutin) mikroplastik belum menjadi prioritas," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif