Suara.com - Masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kerap menjadi perhatian karena dapat menjadi momentum lonjakan kasus baru Covid-19. Seperti yang terjadi tahun lalu, di mana lonjakan kasus di Indonesia meningkat hingga belasan ribu kasus untuk pertama kalinya pada akhir Januari 2021.
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting menegaskan, kepatuhan menjalankan protokol kesehatan harus tetap dijaga, termasuk dalam sarana transportasi.
“Seiring pelonggaran dan pemulihan perekonomian, social mixing (kerumunan) pasti meningkat sehingga harus ada yang mengerem. Yang mengerem adalah regulasi,” kata Alex dalam webinar Satgas Penanganan Covid-19, Rabu (3/11/2021).
Belajar dari lonjakan kasus yang terjadi pada libur Nataru tahun lalu, Alex menyampaikan bahwa pemerintah berupaya agar hal serupa tidak terjadi lagi.
Salah satu caranya dengan menyusun strategi lintas kementerian atau kelembagaan untuk mengantisipasi lonjakan kasus menjelang libur akhir tahun.
Sebagaimana periode Nataru tahun lalu, pada 1 Desember 2020, kasus konfirmasi Covid-19 harian tercatat sekitar 5.000 kasus. Sementara pada 30 Januari 2021 atau pasca libur Nataru, angkanya melonjak hingga lebih dari 14.500 kasus.
Diperkirakan, periode libur panjang seperti Nataru kembali bakal meningkatkan mobilitas masyarakat. Dan pergerakan manusia dalam jumlah besar sangat berisiko menimbulkan transmisi Covid-19 bila tidak disertai perlindungan kesehatan yang ketat.
Guna menekan potensi penularan yang disebabkan oleh peningkatan mobilitas masyarakat, khususnya periode Natru, pemerintah melakukan penyesuaian terkait aturan perjalanan.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati membenarkan bahwa aspek mobilitas memberikan peranan besar terhadap terjadinya kasus Covid-19.
Baca Juga: Satgas Ungkap Waktu Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Anak 6 Tahun ke Atas, Kapan?
Karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengatur mobilitas sesuai dengan perkembangan situasi pandemi terkini, melalui koordinasi dan kolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait.
“Meski sekarang suasananya berbeda, seperti vaksinasi sudah meluas, prokes sangat dipahami, dan kasus sudah melandai, tapi kewaspadaan harus tetap ditingkatkan,” kata Adita.
Penanganan pandemi pada akhir tahun ini, menurutnya, bisa jadi pijakan baik untuk pandemi tahun berikutnya. Kuncinya, Nataru harus bisa dikendalikan. Ia mengingatkan, meskipun mobilitas berjalan, harus tetap dilakukan upaya menekan timbulnya risiko penularan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!