Suara.com - Kejantanan pria tidak dilihat dari bentuk badannya saja, tapi terkadang juga performanya di atas ranjang. Namun masalah seksual seperti disfungsi ereksi bisa menghalangi hal tersebut.
Disfungsi ereksi dipahami sebagai kondisi ketika pria tidak bisa mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk berhubungan seksual.
Tak jarang disfungsi ereksi atau impotensi ini meruntuhkan rasa percaya diri seorang pria dan membuatnya enggan berkonsultasi dengan dokter.
Supaya tidak salah kaprah, ketahui mitos soal disfungsi ereksi berikut, dirangkum dari Fatherly.
1. Mitos: disfungsi ereksi membuat pria sama sekali tidak bisa ereksi
Sebenarnya ada beberapa situasi berbeda yang memenuhi syarat untuk diagnosis disfungsi ereksi. Menurut National Institutes of Health, pria mengalami disfungsi ereksi ketika mereka kadang-kadang bisa ereksi, mendapatkan ereksi yang tidak bertahan cukup lama untuk memuaskan pasangan saat berhubungan seks atau tidak bisa ereksi setiap ingin berhubungan seks.
2. Mitos: disfungsi ereksi hanya memengaruhi pria lebih tua
Menurut analisis dari 2.126 survei yang diterbitkan pada tahun 2007 di American Journal of Medicine menunjukkan bahwa, meskipun disfungsi ereksi sangat terkait dengan usia, namun ditemukan bahwa sekitar 5,1 persen pria berusia 20-an dan 30-an adalah "kadang-kadang" atau "tidak pernah" mampu "mencapai ereksi yang memadai untuk hubungan seksual yang memuaskan." Itu mungkin kedengarannya tidak banyak, tetapi secara harfiah jutaan pria umumnya diyakini "terlalu muda" untuk mengalami gejala disfungsi ereksi.
3. Mitos: disfungsi ereksi cuma memengaruhi organ intim pria
Baca Juga: Ereksi Berjam-jam, Ratusan Dilarikan Pria ke Rumah Sakit
Menurut Johns Hopkins , disfungsi ereksi adalah gejala dari banyak gangguan dan penyakit lain, mulai dari gangguan tidur kronis, diabetes, gangguan neurogenik, hingga depresi. Jadi sementara disfungsi ereksi terbatas pada satu bagian tubuh, itu sering kali merupakan pertanda masalah yang lebih besar, yang perlu dikonsultasikan kepada seorang profesional medis.
4. Mitos: disfungsi ereksi tidak bisa diobati
Dengan penanganan yang tepat, disfungsi ereksi bisa diobati. Namun juga perlu diimbangi dengan meningkatkan pilihan gaya hidup sehat seperti berhenti merokok dan berolahraga secara teratur, yang efektif dalam membantu pria mengurangi gejala disfungsi ereksi. Namun pastikan mengonsumsi obat resep dokter, jangan mudah tergoda pada obat atau terapi herbal yang tidak terbukti keefektifannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah