Suara.com - Indonesia masih punya pekerjaan rumah dalam penyediaan layanan pengobatan kanker yang berkualitas dan merata.
Diakui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah tenaga kesehatan (nakes) khusus penanganan kanker masih sangat kurang. Selain kurang secara jumlah, tenaga ahli yang yang ada juga hanya tersedia di beberapa kota besar saja.
"Pelayanan kanker yang komprehensif mulai dari tenaga ahli, pelayanan bedah, kemoterapi, dan radioterapi sampai saat ini kecukupan SDM kita masih sangat kurang."
"Selain ketercukupan, kita juga punya masalah dengan penyebaran SDM karena masih lebih banyak berada di kota-kota besar dan di Pulau Jawa," kata Direktur Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan dr. Siti Khalimah dalam konferensi pers virtual bersama Roche Indonesia, Kamis (2/11/2021).
Menurut dokter Siti, masih banyak daerah yang belum memiliki tenaga ahli khusus penanganan kanker. Namun, untuk mengatasi masalah tersebut juga butuh waktu bertahun-tahun karena lamanya masa pendidikan dokter.
Selain itu juga masih terbatas sekolah yang menyediakan pendidikan khusus tenaga ahli dalam pengobatan kanker di Indonesia.
Presiden Direktur Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS., menambahkan bahwa tenaga kesehatan khusus yang dibutuhkan sebenarnya bukan hanya dokter spesialis tapi juga suster dan perawat.
"Karena kanker merupakan penyakit kompleks, sehingga pengobatannya harus dari berbagai aspek," ujarnya.
Akibatnya, dibandingkan jumlah kasus kanker yang ada di Indonesia saat ini dengan jumlah tenaga kesehatan khusus masih sangat kurang.
Baca Juga: Bisa Jadi Gejala Kanker Darah, Perhatikan Perubahan Warna pada Kulit!
Oleh sebab itu, sebagai solusi jangka menengah, Dharmais sebagai rumah sakit pusat kanker di Indonesia bekerjasama dengan Roche Indonesia melaksanakan program telementoring ECHO penanganan pasien kanker di berbagai rumah sakit di Kalimantan, Bali, dan Jawa.
Ia menjelaskan bahwa program tersebut bertujuan berbagi ilmu pengetahuan juga pengalaman sesama tenaga ahli kesehatan penangan kanker agar kualitas pengobatan di daerah bisa sama rata seperti di kota besar.
"Kita berikan penguatan di rumah sakit yang memberikan layanan kanker, termasuk dengan jejaring, dengan transfer knowledge. Sehingga apabila ada pasien di daerah, maka penanganannya setidaknya sama dengan kota besar," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global