Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi Covid-19 yang tinggi. Faktor itu jadi salah satu penyebab pemerintah membatalkan aturan PPKM level 3 secara nasional selama periode libur natal dan tahun baru (nataru).
"Hasil sero-survei Kementerian Kesehatan menunjukkan masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi Covid-19 yang tinggi," kata Luhut dalam keterangannya, Senin (6/12/2021).
Meski begitu, Luhut menekankan bahwa penerapan level PPKM selama nataru tetap diberlakukan, hanya saja mengikuti asesmen situasi pandemi sesuai yang berlaku saat ini, juga dengan berbagai pengetatan.
Alasan pencabutan PPKM level 3 itu dinilai keliru. Ahli imunologi prof. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI., menjelaskan bahwa antibodi memiliki batas usia. Baik antibodi yang didapat dari vaksin maupun dari infeksi alami.
"Antibodi itu ada umurnya, kalau kita capek, lelah, sistem imun menurun, maka semua berperan," kata dokter Iris saat dihubungi suara.com, Selasa (7/12/2021).
Penyintas Covid-19 juga harus tetap divaksinasi. Karena jumlah antibodi dalam tubuh sangat dipengaruhi dengan gejala yang dialami saat terinfeksi virus corona.
Dokter Iris menjelaskan, bagi yang mengalami gejala ringan, antibodi yang terbentuk rendah. Apabila, gejalanya berat maka antibodi yang terbentuk banyak dan bisa bertahan sampai 3 bulan. Setelah itu akan menurun juga.
Sementara antibodi dari vaksinasi juga belum dikatakan lengkap karena program booster bagi masyarakat umum belum dilakukan.
"Sebenarnya masih belum lengkap. Karena kalau lengkap itu 3 kali penyuntikan. Jadi bulan depan baru mau ada dosis ketiga sebagai penguat. Sebaiknya tetap saja harus jaga protokol kesehatan," pesan dokter Iris.
Baca Juga: PPKM Level 3 Batal, Polda Jabar Bakal Lakukan Ini pada Natal dan Tahun Baru 2022
Meski aturan ketat terhadap kedatangan orang dari luar negeri masih diberlakukan, dokter Iris menekankan bahwa pembatasan juga harus diterapkan di dalam negeri. Terutama untuk menghindari paparan virus corona varian omicron.
"Kita tetap harus antisipasi, tidak bisa dianggap enteng. Jangan pernah kita meremehkan, tapi jangan panik juga," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan