Suara.com - Kabar bocornya data medis pasien Indonesia mencapai 720 GB (Gigabyte) tengah menghebohkan masyarakat Tanah Air.
Pasalnya, jika data medis ini benar dipastikan bocor, maka akibatnya bisa sangat berbahaya. Kebocoran tersebut bisa jadi ancaman bagi pasien karena rekam medisnya berpotensi disalahgunakan oleh pihak ketiga.
Diungkap Chief Operating Officer Eka Hospital drg. Rina Setiawati, data pasien bersifat sangat rahasia (confidential) dan dilindungi Undang-undang, dan hanya pihak tertentu yang berhak mengetahuinya.
"Yang boleh mengetahui data tersebut, hanya tim yang merawat pasien tersebut, dan hanya untuk kepentingan pasien tersebut," ujar drg. Rina saat ditemui suara.com di Eka Hospital BSD, Tangerang, Jumat (7/1/2021).
Ia menambahkan, apabila data medis pasien ini sampai jatuh ke tangan pihak tidak bertanggung jawab, maka berisiko terjadi tindak kejahatan pemerasan pasien, hingga penyalahgunaan data untuk disebarkan ke publik.
"Misalnya, terjadi pemerasan terhadap pasien tersebut karena datanya diketahui, kemudian ada juga disebarkan kepada publik dan sebagainya," tuturnya.
"Jadi hal-hal yang tidak membawa manfaat bagi pasien tapi dimanfaatkan oleh pihak lain," sambungnya.
Di sisi lain, kata drg. Rina, rumah sakit tempatnya berkarir mengaku sudah melakukan serangkaian pengamanan data pasien. Bahkan proses pasien sekalipun yang ingin mengambil data medisnya, perlu dilakukan verifikasi ulang.
"Pasien akan diminta isi formulir yang akan diverifikasi, memang pasien tersebut adalah orang yang meminta, adalah pasien yang dimaksud. Di situ juga akan diminta menjelaskan apa kepentingan dari permintaan data tersebut," terangnya.
Baca Juga: Soroti Dugaan Kebocoran Data Kemenkes, Pakar Singgung Ancaman Foto Medis Pasien
Sedangkan tempat penyimpanan data digital RS Eka Hospital Group juga dilindungi sistem yang sudah diterapkan di berbagai industri seluruh dunia yaitu menggunakan SAP system.
SAP atau System Application and Processing, adalah perangkat lunak berbasis ERP atau Enterprise Resources Planning, yang sangat membantu perusahaan mengelola proses bisnis yang kompleks.
Hampir 80 persen perusahaan di dunia menggunakan sistem ini, baik industri manufacturing, jasa hingga health care industry.
"Kami membuat satu proteksi yang memang sangat kuat, sehingga data tersebut tidak dapat diambil baik melalui online maupun secara offline. Artinya, dengan ambil daya lewat USB dan sebagainya, proteksinya memang cukup kuat," tutup drg. Rina.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan