Suara.com - Penyakit kanker pada umumnya bisa disembuhkan jika terdeteksu sejak awal atau saat masih stadium dini. Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebut, angka keselamatan kanker jika ditemukan lebih awal bisa mencapai 90 persen.
Sementara itu, metode umum menemukan kanker lebih cepat adalah dengan melakukan skrining rutin. Namun, pada kanker ovarium, metode skrining ini belum tersedia.
Lebih parahnya lagi, penyakit tersebut baru menimbulkan gejala saat memasuki stadium menuju akut.
"Kanker ovarium sebagian besar terdeteksi pada saat stadiumnya bukan stadium dini lagi. Jadi terdiagnosis sebagian besar pada stadium 3 dan 4. Bukan di Indonesia saja, di negara maju juga," kata Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Dr. dr. Brahmana Askandar dalam webinar Kampanye 10 Jari Menghadapi Kanker Ovarium, Kamis (13/1/2022) lalu.
Selain itu, waktu pertumbuhan sel kanker ovarium juga belum bisa dipastikan. Setiap pasien bisa mengalami perburukan penyakit dengan waktu yang berbeda-beda.
Ovarium normal berukuran sekitar 2 sentimeter. Akibat pertumbuhan sel kanker, ukuran ovarium bisa membengkak hingga 50 sentimeter.
Jika sudah seperti itu, pasien pasti akan mengalami nyeri perut hingga gangguan pencernaan, kata dokter Brahmana.
"Perubahannya dari normal sampai menjadi kanker melalui tahap tak jelas," ujarnya
Untuk itu, dokter Brahmana mengingatkan setiap perempuan perlu mengetahui faktor risiko kanker ovarium.
Baca Juga: Shanaz Haque Sebut Masih Banyak Masyarakat Percaya Dukun Bisa Pindahkan Kanker Ovarium ke Kambing
"Pertama adalah perempuan usia lanjut di atas 60 tahun, lebih berisiko. Kedua, angka kelahiran yang rendah. Maksudnya, risikonya lebih besar terhadap perempuan yang tidak pernah hamil sama sekali. Ketiga, riwayat kanker ovarium pada keluarga. Kemudian gaya hidup tidak sehat, kurang olahraga, kemudian makan tidak terkontrol ujungnya obesitas," paparnya.
Selain itu, orang yang pernah mengalami sakit riwayat kista endometriosis juga rentan alami kanker ovarium. Dokter Brahmana menjelaskan, kista endometriosis merupakan suatu kondisi terbentuk jaringan darah haid tapi di luar rahim.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?