Suara.com - Seiringnya tingginya usia harapan hidup (UHH) masyarakat, membuat angka kebutaan Indonesia semakin meningkat, yang mayoritas disebabkan oleh katarak.
Hal ini sesuai dengan data Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB), 2014 hingga 2016 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, yang menemukan tiga persen populasi di atas 50 tahun alami kebutaan.
Tak main-main data itu juga menyebut bahwa 81 persen kebutaan disebabkan karena katarak.
Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya, katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu, hingga akhirnya menyebabkan kebutaan.
"Angka kebutaan itu paling tinggi karena katarak, karena semua orang panjang umur akan mengalami kekeruhan lensa," ujar Presiden Direktur JEC Eye Hospitals & Clinics, dr. Johan Hutauruk, Sp.M(K) saat grand opening JEC Bali @Denpasar, Selasa (22/2/2022).
Dokter Johan mengatakan, masyarakat tidak perlu menunggu saat seseorang benar-benar alami kebutaan, untuk melakukan pemeriksaan katarak.
Menurutnya, jika dirasa penglihatan sudah buram dan kabur, ada baiknya segera melakukan cek mata. Terlebih untuk para anak muda untuk lebih aware dengan orangtua atau kakek neneknya,
"Angka kebutaan Indonesia cukup tinggi, karena kadang masyarakat tidak tahu mau ke mana, kalau tahu mau ke mana, di tempat lain belum tentu ada dokternya di pelosok-pelosok," terangnya.
Ia juga mengingatkan, katarak bisa dihilangkan dan disembuhkan melalui operasi katarak. Bahkan, tidak hanya memperbaiki penglihatan, operasi katarak juga bisa mengurangi minus atau rabun jauh dan mempengaruhi ketebalan kacamata.
Baca Juga: Studi: Operasi Katarak Mengurangi Demensia dan Alzheimer pada Lansia
"Gejala katarak itu, kalau masih awal kok silau. Kedua sering ganti kacamata berubah-ubah, itu masih mending bisa melihat," terangnya.
Dokter Johan juga menjelaskan, umumnya operasi katarak sudah bisa dilakukan apabila penglihatan berkurang hingga 30 persen, dan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
"Visi kita, meningkatkan penglihatan supaya kualitas hidup meningkat, operasi katarak tidak sakit dan cepat, dan bisa kurangi ukuran kacamata sebelumnya," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
Terkini
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar