Suara.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut pemberian edukasi kesehatan reproduksi pada remaja memiliki tantangan tersendiri.
“Ketika kita tidak bisa menjaganya (kesehatan reproduksi) dengan baik, tentu kita akan jatuh pada hal-hal yang berdampak negatif,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Eni Gustina.
Eni menekankan, rendahnya pemahaman mengenai kesehatan reproduksi dapat membuat produktivitas sumber daya manusia di suatu negara menjadi rendah, adanya penurunan nilai pada perempuan termasuk minimnya pengetahuan mengenai pemenuhan gizi.
Di Indonesia sendiri, status kesehatan reproduksi pada remaja masih memprihatinkan. Hal itu disebabkan oleh sulitnya memberikan edukasi pada remaja akibat sejumlah penyimpangan yang dilakukan.
Eni menyebutkan satu dari sembilan perempuan di Indonesia menikah sebelum berusia 18 tahun. Sedangkan setengah juta kelahiran terjadi pada usia 15 hingga 19 tahun. Artinya, banyak anak di bawah usia 20 tahun sudah melakukan pernikahan pada usia anak yang masih dimaklumi di beberapa daerah.
Kondisi tersebut menyebabkan sepertiga dari Angka Kematian Ibu (AKI) berasal dari kalangan remaja putri. Sebab, kehamilan pada usia remaja yang dikatakan belum matang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, berat lahir bayi, risiko terkena hipertensi selama kehamilan, anemia hingga lahirnya bayi dalam keadaan kerdil (stunting).
“Kami mendapatkan data dari Kementerian Agama bahwa sekitar 48 persen perempuan yang menikah, masih di bawah 20 tahun. Kemudian akibatnya, di usia 15-19 tahun kelahiran meningkat dan salah satunya juga yang masih menjadi masalah di Indonesia adalah penyakit HIV/AIDS,” ujar Eni.
Selain pernikahan pada usia anak, seks bebas menjadi masalah selanjutnya yang menyebabkan negara harus menghadapi banyak kehamilan yang tidak diinginkan oleh seorang ibu. Lewat seks bebas, banyak remaja putri melakukan aborsi, terkena anemia atau malnutrisi sehingga meningkatkan risiko kematian pada ibu dan bayi.
Menurut Eni, rendahnya pemahaman terkait kesehatan reproduksi tak jarang membuat banyak remaja putra meyakinkan kekasihnya untuk melakukan hubungan seksual, dengan alasan sekali melakukan hubungan seksual tidak akan menyebabkan kehamilan.
Baca Juga: Disfungsi Ereksi adalah Kondisi yang Patut Diwaspadai Pria, Ketahui Penyebab dan Gejalanya
Padahal, tanpa digunakannya alat kontrasepsi seperti kondom, kehamilan pada perempuan dapat rentan terjadi karena adanya masa subur pada siklus menstruasi.
“Ini efeknya akan luar biasa karena berpengaruh pada remaja putri. Dia akan kehilangan pendidikan atau mungkin bahkan sampai kehilangan masa depan karena akan menutupi atau bahkan lari dari lingkungannya karena dia akan dihujat oleh masyarakat,” ucap dia.
Eni menyayangkan terjadinya perilaku tidak sehat dari remaja itu, disebabkan oleh sejumlah faktor seperti kurang intimnya hubungan dalam keluarga, persaingan di sekolah yang semakin kompetitif, media yang semakin permisif, kehidupan masyarakat yang semakin liberal dan individualistik.
“Untuk mengatasinya, perlu adanya ketahanan pada remaja. Remaja harus mampu mengatakan tidak dan harus mengendalikan diri juga menghindari dari perilaku negatif yang dapat merugikan dirinya atau orang lain dan menyebabkan dirinya tidak mampu untuk melewati transisi kehidupan remaja,” kata Eni. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Fatherless: Saat Ayah Ada tapi Tak Hadir
-
Bertengkar Jadi Pemicu Utama Perceraian, BKKBN Ingatkan Generasi Muda Siap Mental Dulu Sebelum Nikah
-
Mendagri Dukung Penuh Peran Kemendukbangga/BKKBN Jaga Stabilitas Jumlah Penduduk
-
Menteri BKKBN : Selesaikan Stunting, Jangan Banyak Seremoni !
-
Infertilitas Bukan Hanya Urusan Perempuan: Saatnya Kesehatan Reproduksi Pria Diperhatikan
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya