Suara.com - Bekerja dari rumah atau work from home (WFH) menimbulkan berbagai tantangan bagi para karyawan sendiri. Harapan bisa menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan karena waktu bekerja yang lebih fleksibel ternyata tidak benar-benar terwujud.
Beban kerja yang seolah makin menumpuk selama WFH, juga jam kerja yang seolah tidak ada batasnya justru menyebabkan karyawan mengalami masalah kesehatan mental.
Perusahaan multinasional Nestle mencatat bahwa gangguan mental selama WFH itu ternyata lebih banyak terjadi pada karyawan dari generasi milenial.
"Golongan milenial yang paling banyak memerlukan bantuan menghadapi tantangan mental. Mungkin kalau pekerja para ibu, dengan anak 3, mereka sudah cukup matang karena tripple burden yang telah dihadapi, pekerjaan, anak, dan sebagai ibu serta istri dalam waktu yang sama," kata President Director of Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar dalam webinar bersama Yayasan Pulih, Rabu (16/3/2022).
Menurut Ganesan, perusahaan juga perlu berperan dalam mengatasi masalah kesehatan mental karyawannya. Oleh sebab itu, Nestle Indonesia juga memberikan program dukungan berupa layanan psikologi bagi karyawan yang mengalami gangguan mental.
"Dilakukan secara one on one dengan seorang psikologi profesional. Jadi mereka mereka lebih nyaman untuk menyerahkan masalah. Karena mungkin obat yang paling penting sebenarnya butuh seseorang untuk mendengar, bukan dari keluarga dan bukan dari lingkungan pekerjaan untuk mendengarkan segala keluhan mereka," tuturnya.
Kondisi berbeda terjadi pada penyandang disabilitas. Orang-orang yang kerap dikategorikan menjadi kelompok rentan itu dicatat tidak terlalu mengalami banyak gangguan mental selama pandemi Covid-19.
Platform pencarian kerja khusus disabilitas, Difalink, mencatat bahwa tawaran pekerjaan bagi para disabilitas justru lebih banyak dibandingkan debelum pandemi.
"Itu beragam, ada yang dikerjakan secara online dan ada yang offline," kata Founder and CEO of Difalink Suri Filan.
Baca Juga: Salah Satu Penyebab Depresi, Berikut 9 Dampak Sering Bermain Media Sosial
Untuk menangani masalah kesehatan para penyandang disabilitas, Difalink juga memiliki komunitas di mana terdapat layanan untuk bisa bercerita mengenai segala keluh kesah yang dirasakan.
"Hanya sedikit yang curhat dan mengaku mereka khawatir tentang karir selama pandemi ini," kata Suri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda