Suara.com - Paparan Covid-19 varian omicron telah menyebabkan lonjakan kasus di negara-negara Eropa, Amerika, dan juga Asia. Sejumlah lonjakan kasus masih terjadi hingga saat ini akibat kemunculam subvarian omicron BA.2.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman mengatakan, lonjakan varian omicron terjadi bahkan di negara dengan cakupan vaksinasi Covid-19 tinggi.
"Bahkan ada yang (vaksinasi) di atas 90 persen, itu tidak menjamin untuk tidak terjadi lonjakan terutama dalam hal ini lonjakan kesakitan maupun kematian," kata dokter Dicky kepada Suara.com, Selasa (22/3/2022).
Covid-19, kata dokter Dicky, kemungkinan besar masih akan terus memunculkan varian virus baru lainnya. Varian-varian baru ke depannya juga cenderung akan bersifat lebih mudah menurunkan tingkat kemanjuran vaksin yang ada saat ini, tambahnya.
"Varian itu bukan hanya omicron, tapi ke depan cenderung akan lebih mudah menurunkan efikasi dari vaksin dan antibodi. Ini yang harus disadari, kecenderungannya memang seperti itu," ujarnya.
Oleh sebab itu, diperlukan kombinasi strategi untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 selain meningkatkan vaksinasi, terutama pada kelompok rentan, seperti terus menerapkan protokol kesehatan 5M.
Sedangkan peran pemerintah, saran dokter Dicky, juga harus memperkuat sistem deteksi dini kasus suspect Covid-19.
"Kombinasi yang penting tidak bisa diabaikan apalagi bicara di tengah situasi adanya potensi atau pergerakan manusia yang banyak dengan interaksi yang tinggi," ucap dokter Dicky.
Masyarakat diingatkan untuk mulai melakukan perilaku adaptif selama kondisi pandemi Covid-19 masih terjadi. Selain protokol kesehatan, perubahan kualitas udara di rumah juga menjadi sangat penting. Misalnya dengan membuka jendela saat pagi hari.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Tingkatkan Risiko Gangguan Pendengaran? Ini Temuan Penelitian dari AS
"Jadi ini yang harus kita pahami dan kita terapkan. Kalau tidak, kita akan berpotensi mengalami lonjakan, meskipun itu memang tidak akan sebesar (varian) alpha, delta, maupun omicron. Tapi ada kelompok yang beresiko, wilayah yang cakupan vaksinasinya buruk, ataupun pelonggaran tidak terlalu terukur, itu akan menyebabkan beban di fasilitas kesehatan maupun kematian," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!