Suara.com - Seorang ibu bercerita bahwa anak perempuannya nyaris meninggal dunia akibat infeksi suatu penyakit yang dikira virus corona Covid-19.
Anak perempuan usia 13 tahun, Bonnie Ghent mengalami pembengkakan besar di matanya pada akhir tahun 2021.
Mulanya, Bonnie dinyatakan positif virus corona Covid-19. Ia mengalami konjungtivitis yang dikira sebagai gejala virus corona tersebut.
Orangtua Bonnie mengatakan dokter menyarankan Nurofen untuk meringankan pembengkakan mata pada anak perempuan tersebut.
"Karena dikira virus corona, para dokter hanya memberi arahan via telepon. Tetapi, kondisi Bonnie memburuk beberapa hari kemudian dan dahinya juga mengalami benjolan besar," kata Jo dikutip dari The Sun.
Jo dan suaminya pun memutuskan membawa Bonnie ke dokter. Tetapi, dokter mengatakan itu mungkin disebabkan oleh batuk akibat virus corona.
Jadi, ada cairan menumpuk yang menyebabkan benjolan, sehingga ia menyarankan Nurofen untuk mengatasinya. Tetapi, dokter juga meminta Jo membawa kembali anaknya dalam 2 minggu bila tidak membaik.
"Nyatanya, pembengkakannya semakin buruk dan ia semakin tidak sehat," katanya.
Tanpa menunggu 2 minggu, Jo membawa Bonnie ke walk-in center dan minum Piriton, obat antihistamin.
Baca Juga: WHO Sudah Memprediksi Munculnya Rekombinan Virus Corona, Salah Satunya Omicron BA.1 dan BA.2
"Kali ini mereka menyarankan kami memberi Bonnie sekantong kacang polong beku untuk mengurangi pembengkakan karena mereka tidak yakin penyebabnya," ujarnya.
Namun, Jo dan suaminya semakin khawatir dan memutuskan untuk menghubungi NHS. Ia juga memiliki intuisi harus membawa anaknya ke rumah sakit segera.
Bonnie dibawa ke Rumah Sakit Bristol Royal, di mana dokter mendiagnosis kondisi yang lebih serius dari yang diduga sebelumnya.
Dokter mengatakan Bonnie menderita infeksi sinus, yang dapat menyebabkan pilek atau flu dan komplikasi parah.
Jika infeksi sinus tidak membaik atau tidak diobati dengan benar, infeksi tersebut dapat berpindah dari kantong sinus ke tulang terdekat dan bahkan ke otak.
Gejala infeksi sinus yang parah termasuk kemerahan atau pembengkakan pada mata dan dahi, nyeri pada mata, kepekaan terhadap cahaya dan perubahan penglihatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru