Suara.com - Pentingnya deteksi dini bagi penyakit kanker hati bukan hanya untuk mencegah keparahan penyakit, tapi juga risiko kematian.
Dikatakan dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH – Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi, Mayapada Hospital Kuningan, deteksi dini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan hepatitis, pemeriksaan rutin USG hati serta pemeriksaan darah fungsi hati termasuk penanda tumor AFP (Alfa Feto Protein).
"Dan bagi seseorang yang sudah menderita hepatitis B dan C serta memiliki fungsi hati yang abnormal, penting menjalani pemantauan rutin minimal enam bulan sekali," katanya dalam keterangan pers.
Kanker memiliki beragam pengobatan berdasarkan jenis kanker, dan juga untuk setiap orang. Termasuk penanganan kanker hati. Ada terapi yang berhasil bagi satu orang, namun terapi yang sama mungkin akan gagal bagi orang lain.
Untuk itu perlu dilakukan penelusuran menyeluruh mengenai kondisi setiap pasien dari berbagai sudut pandang, sehingga penanganan kanker hati dapat dibuat sesuai kebutuhan individu atau tailored cancer treatment.
Itulah sebabnya mengapa peran tumor board sangat penting. Dalam penanganan kanker, tumor board Mayapada Hospital melakukan pertemuan rutin untuk membuat rencana perawatan yang terbaik dan ideal untuk setiap individu pasien sebagai sebuah tim.
Tim yang terlibat dalamtumor board untuk penanganan kasus kanker hati selain dokter bedah digestif, spesialisasi lain juga ikut terlibat seperti dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi, patologi anatomi, radiologi, radiasi onkologi, anestesi serta spesialisasi lain sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
"Dalam memberikan rekomendasi tatalaksana pada pasien yang sudah didiskusikan dalam tumor board, kepada pasien diterangkan juga pertimbangan tatalaksananya tersebut berdasarkan tinjauan beberapa guidelines yang sudah ada, salah satu diantaranya adalah BCLC Barcelona Clinic Liver Cancer strategy," kata dr. Rofi Yuldi Saunar, Sp.B-KBD – Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif – Mayapada Hospital Jakarta Selatan.
Namun selain itu, untuk menentukan apakah suatu kanker hati memenuhi syarat untuk operasi reseksi hati, perlu untuk mempertimbangkan beban tumor juga fungsi hati, luasnya jaringan hati yang dipotong dan volume sisa hati yang diharapkan di masa depan, serta adanya tidaknya hipertensi portal dan komorbiditas dari pasien, demikian dr. Rofi melanjutkan.
Baca Juga: Mengenal Dua Jenis Kanker Hati, Apakah Tingkat Keganasannya Berbeda?
Untuk itu diperlukan penilaian kondisi kesehatan pasien yang detail dan komprehensif sebelum dilakukannya penanganan tumor hati.
"Pilihan terapi lainnya bagi pasien yang tidak dapat dilakukan reseksi atau pengangkatan tumor antara lain adalah transplantasi hati, terapi ablasi, terapi embolisasi serta sistemik. Sementara itu, pada pasien stadium terminal, perawatan yang diberikan adalah best supportive care yaitu perawatan suportif untuk mendukung kesehatan pasien yang terdiri dari perawatan paliatif yang tepat tanpa terapi antikanker lainnya," kata dr. Agung Sumastoro, Sp.B-KBD – Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif – Mayapada Hospital Kuningan.
Untuk mengurangi risiko kanker hati mulailah dengan menjaga berat badan yang sehat dan ideal, lakukan vaksinasi terhadap Hepatitis B, lakukan tes Hepatitis C, jangan merokok, atau berhenti jika Anda melakukannya, hindari minum terlalu banyak alkohol.
Serta jangan lupa rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, kata dr. Dion Ade Putra, Sp.B-KBD – Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif – Mayapada Hospital Tangerang.
Tag
Berita Terkait
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
7 Tanda Awal Kanker Kulit yang Sering Diabaikan, Wajib Kamu Waspadai!
-
Awas Aflatoksin! Senyawa Penyebab Kanker Hati yang Sering Terabaikan di Dapur Anda
-
Diagnosis Prenatal Bantu Orang Tua Deteksi Dini Down Syndrome, Ini Penjelasan Dokter
-
Kanker Payudara Masih Mengintai: Deteksi Dini dan Kolaborasi Terpadu Jadi Harapan Baru
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!