Suara.com - Infeksi COVID-19 bisa mematikan ketika pasien memiliki penyaki bawaan atau yang disebut sebagai komorbid.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan diabetes melitus adalah komorbid paling sering ditemui pada pasien COVID-19.
"Ini (DM) merupakan salah satu komorbid yang banyak ditemukan pada pasien COVID-19. Pasien dengan komorbid ini juga berkontribusi pada tingginya angka kematian COVID-19," mengutip situs resmi Satgas COVID-19.
Untuk lebih memahaminya, diabetes mellitus berhubungan dengan sel bagian dalam pembuluh darah atau sel endotel. Sel ini juga sangat berperan pada infeksi COVID-19. Diketahui, sistem kekebalan tubuh pasien mengalami penurunan sehingga berpengaruh kepada produksi antibodi yang terbatas untuk melawan infeksi.
Para penderita diabetes mellitus diharapkan memastikan bahwa penyakitnya dapat terkendali. Ada 4 cara yang dapat dilakukan agar penderita diabetes mellitus dapat menjaga kondisi tubuhnya.
Pertama, memastikan kadar gula darah tetap dalam rentang normal untuk penderita DM. Kedua, pastikan mendapat pengobatan yang memadai dari dokter, konsumsi obat sesuai dengan dosis dan anjuran dokter. Ketiga, melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum divaksinasi, dan keempat mencukupi kebutuhan gizi dengan diet harian sesuai panduan pada pasien DM dan batasi atau hindari konsumsi gula.
Untuk itu, demi perlindungan yang menyeluruh, vaksinasi juga harus digencarkan, termasuk upaya booster. Perlu diingat kembali, bahwa terdapat rentang waktu dari sejak vaksin pertama kali disuntik sampai imunitas dalam tubuh benar-benar terbentuk.
Merujuk pendapat ahli Imunologi, rata-rata imunitas terhadap COVID-19 dapat efektif terbentuk dalam tubuh setelah 1-2 minggu setelah penyuntikkan dilakukan. Fakta ini sepatutnya menjadi penyemangat untuk segera mendapatkan vaksin sebelum kembali aktif dalam melakukan kegiatan dan berinteraksi sosial pada skala besar.
"Ingat, Vaksin yang terbaik adalah vaksin yang paling cepat kita dapatkan karena semua jenis vaksin akan sama efektifnya tanpa memandang apa merknya," jelas Wiku. [ANTARA]
Baca Juga: Satgas COVID-19: Tidak Ada Daerah dengan PPKM Level 4 di Jawa-Bali
Berita Terkait
-
Transformasi Mengejutkan Fahmi Bo: Dulu Bugar, Kini Kondisinya Bikin Miris
-
Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 pada Anak, Orang Tua Wajib Waspada!
-
Ilmuwan Muda Indonesia Temukan Senyawa Baru untuk Mengatasi Diabetes
-
5 Gejala Pradiabetes yang Wajib Diwaspadai, Termasuk Kesemutan Tangan dan Kaki!
-
47 Persen Orang Dewasa Terancam, Rahasia Gusi dan Hubungannya dengan Jantung: Diabetes dan Alzheimer
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?