Suara.com - Bulan Imunisasi Anak Nasional menjadi cara pemerintah untuk mengejar ketertinggalan cakupan imunisasi yang turun di masa pandemi COVID-19.
Terkait hal ini, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan pemerintah akan menjalankan tiga strategi pada BIAN mendatang guna meningkatkan cakupan imunisasi.
Salah satu strategi tersebut adalah imunisasi kejar yang mencakup vaksin polio, jenis oral polio vaccine (OPV) atau vaksin tetes dan inactivated polio vaccine (IPV) atau vaksin suntik, dengan tujuan melengkapi status imunisasi balita yang belum atau terlambat diimunisasi sesuai jadwal.
Selain itu, strategi dalam BIAN juga termasuk imunisasi tambahan campak rubella yang bertujuan untuk memberikan dosis tambahan tanpa memandang status imunisasi, serta pelaksanaan perluasan dan introduksi vaksin baru bertujuan untuk menambah kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Prima mengatakan pandemi COVID-19 yang sudah melanda sejak awal tahun 2020 telah memberikan dampak penurunan cakupan imunisasi yang cukup signifikan.
"Pandemi COVID-19 ini memang mempengaruhi pelaksanaan program kesehatan termasuk imunisasi rutin sehingga dibutuhkan dukungan banyak pihak untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan imunisasi rutin," kata Prima dikutip dari ANTARA.
Prima menyebutkan, berdasarkan data yang ia himpun, terjadi penurunan cakupan imunisasi di tingkat global, dari 86 persen pada 2019 turun menjadi 83 persen pada 2020.
Sementara di Indonesia sendiri, penurunan cakupan imunisasi untuk semua jenis antigen terjadi pada kurun waktu tahun 2020 dan 2021, dibandingkan capaian cakupan imunisasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data laporan cakupan imunisasi rutin, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2021 sebesar 84,22 persen dari target yang ditetapkan 93,6 persen. Dalam periode 2019 hingga 2021, Prima menyebutkan sebanyak 1,7 juta anak belum mendapat imunisasi dasar lengkap.
Baca Juga: Manfaat Imunisasi Anak Bukan Cuma untuk Cegah Penyakit Menular, Tapi Juga Menurunkan Risiko Stunting
Selain itu, Prima juga mengatakan bahwa cakupan imunisasi campak rubella pada anak usia di bawah dua tahun (baduta) juga mengalami penurunan dalam kurun waktu 2019 sampai tahun 2021.
"Kondisi ini tentu akan menurunkan tingkat kekebalan komunitas dan menimbulkan daerah-daerah kantong yang berpotensi untuk menjadi sumber kasus-kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), bahkan bisa menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) PD3I," kata Prima.
Menurutnya, Pekan Imunisasi Dunia 2022 yang diperingati setiap minggu terakhir bulan April menjadi momentum yang tepat dan strategis dalam meningkatkan kembali kesadaran mengenai pentingnya imunisasi.
Prima mengatakan bahwa tantangan program imunisasi di Indonesia bukan hanya adanya daerah-daerah kantong yang berpotensi menimbulkan KLB PD3I, melainkan juga sejumlah tantangan lainnya.
"Komitmen dan dukungan dari operasional program yang belum optimal dari pemerintah daerah, masih adanya penolakan imunisasi, manajemen penyimpanan vaksin, dan sumber daya pelaksana imunisasi yang masih perlu ditingkatkan. Ini juga menjadi tantangan dalam pelaksanaan program imunisasi," katanya.
Berita Terkait
-
Buntut Olok-olok di Grup Chat, Mahasiswa FK Unud Pembully Timothy Anugerah Tak Bisa Ikut Koas!
-
Evaluasi Setahun Pemerintahan Prabowo, Kinerja Kemenkes hingga BGN Dinilai Layak Dievaluasi
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Buntut Ribuan Siswa Keracunan, Kemenkes Terbitkan Aturan Baru Keamanan Pangan untuk Program MBG
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan