Suara.com - Kasus hepatitis akut yang mewabah saat ini sempat diduga berasal dari pasien anak gangguan imunitas. Namun pakar mengatakan hal tersebut tidak benar. Kok bisa?
Prof Tjandra Yoga Aditama, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, menjelaskan kronologi awal penemuan kasus hepatitis akut pada anak-anak. Ia mengatakan, pertama kali kejadian ini ditemukan di Skotlandia.
"Kejadian hepatitis akut berat yang kini banyak dibicarakan bermula dari laporan ke WHO dari 'International Health Regulation (IHR) National Focal Point' negara Inggris pada 5 April 2022, yang menyebutkan adanya 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya pada anak-anak umur 11 bulan sampai 5 tahun yang tadinya sehat-sehat saja di Skotlandia. jadi bukan pada anak-anak yang ada gangguan imunologis (immunocompromised)," terangnya dalam keterangan yang diterima Suara.com.
Prof Tjandra menjelaskan menurut aturan IHR, maka suatu negara harus melaporkan ke WHO jika ada kejadian kesehatan yang diduga berpotensi menyebar lintas negara. Tugas pelaporan diberikan pada IHR focal point negara tersebut.
Sesudah WHO menerima laporan dan mengklarifikasinya, maka informasi tentang adanya ancaman penyakit akan disebarkan ke seluruh IHR focal point semua negara anggota WHO, tentunya juga sudah diterima oleh IHR focal point kita di Jakarta.
Kemudian, WHO akan menuliskan informasi ini pada Disease Outbreak News (DONs) untuk kewaspadaan bersama dan berupaya agar penyakitnya tidak merebak luas.
"Kalau memang ada potensi meluas maka WHO akan membentuk Emergency Committee khusus untuk penyakit itu, yang terdiri dari pakar berbagai negara. Saya pernah menjadi anggota Emergency Committee untuk MERS CoV pada tahun 2015," tambahnya lagi.
Prof Tjandra berharap kasus hepatitis akut yang saat ini menyebar tidak berpotensi menjadi wabah di Indonesia. Sebab, Indonesia saat ini juga masih menangani pandemi COVID-19.
Diberitakan sebelumnya, WHO mendefinisikan kasus probable hepatitis akut misterius ini apabila ditemukan gejala dan tanda hepatitis akut, kadar SGPT/SGOT di atas 500IU/liter, pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan penyebab hepatitis A sampai E, dan pasien berupa anak di bawah usia 16 tahun.
Baca Juga: Belum Ditemukan Hepatitis Akut, Dinkes Lampung Lakukan Hal Ini
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dr. M. Syahril, Sp.P, menjelaskan khusus penyakit hepatitis akut ini penyebabnya belum bisa dipastikan.
"Gejala khasnya itu ada gangguan gastrointestinal yang dikeluhkan oleh pasien atau terlihat oleh keluarga. Yaitu, sakit perut, mual sampai muntah, diare kemudian berlanjut apabila memberat akan timbul kuning di mata atau sklera juga di seluruh tubuh. Disertai dengan urine atau air kencing seperti teh dan BAB pucat keputihan. Pasien bisa mengalami kejang kemudian juga menurun kesadaran," tuturnya.
Berita Terkait
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Indonesia Nomor 2 Dunia Kasus TBC, Menko PMK Minta Daerah Bertindak Seperti Pandemi!
-
Suho EXO Bahas Patah Hati dan Perpisahan di Lagu Solo Terbaru 'Who Are You'
-
The Spy Who Dumped Me: Ketika Mila Kunis Jadi Mata-Mata Dadakan, Malam Ini di Trans TV
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?