Suara.com - Penggunaan media sosial dan waktu layar secara umum telah meningkat tajam di kalangan remaja, dengan menghabiskan hampir setengah jam di platform tersebut.
Hal ini diketahui dari sebuah survei tentang penggunaan waktu layar serta media sosial tahun 2021 yang dilakukan Common Sense Media.
Pada saat yang sama, masalah kesehatan mental, seperti depresi, juga telah meningkat di kalangan remaha sejak awal tahun 2010-an.
Media sosial memang memiliki dua dampak, baik positif maupun negatif. Namun, salah satu efek samping buruknya yang paling disorot adalah hubungannya dengan kesehatan mental.
Masalah Kesehatan Mental dan Penggunaan Media Sosial
Studi menunjukkan bahwa beberapa remaja menjadi kurang tidur karena bermain media sosial di malam hari. Padahal, hal ini dapat memengaruhi kinerja sekolah yang buruk.
Bahkan, penggunaan media sosial juga dapat meningkatkan risiko mengembangkan masalah kesehatan mental.
Menurut psikiater anak dan remaja di Rumah Sakit Umum Massachusetts serta Sekolah Kedokteran Harvard, Neha Chaudhary, media sosial terkait dengan depresi, penurunan herga diri, dan kesepian.
Faktanya, dilansir Insider, sebuah studi besar tahun 2019 menemukan bahwa anak muda yang menghabiskan lebih dari tiga jam di media sosial memiliki risiko tinggi terkena gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan.
Baca Juga: 5 Tips Sukses Detoks Scrolling Media Sosial
Sebuah studi besar terbaru tahun 2022 menjelaskan usia mana yang paling rentan terhadap bahaya yang terkait dengan media sosial. Inilah yang mereka temukan:
- Gadis remaja tampaknya lebih sensitif terhadap media sosial antara usia 11 hingga 13 tahun, ada peningkatan penggunaan media sosial yang diikuti penurunan kepuasan hidup setahun kemudian.
- Laki-laki lebih mungkin mengalami pengalaman ini di usia 14 atau 15 tahun.
- Kedua jenis kelamin mengalami peningkatan kepekaan terhadap media sosial sekitar usia 19 tahun.
- Penurunan kepuasan hidup diikuti oleh peningkatan penggunaan media sosial, yang menunjukkan hal itu sebagai mekanisme koping.
Tetapi hasil penelitian mengenai apakah penggunaan media sosial secara langsung terkait dengan peningkatan risiko masalah kesehatan mental beragam.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis