Suara.com - Salah satu gejala dari infeksi hepatitis akut adalah diare. Ya, gangguan pencernaan ini memang menjadi salah satu gejala paling umum saat seorang terserang penyakit. Namun demikian agar lebih waspada, Anda wajib tahu benar beda diare biasa dan diare gejala hepatitis akut. Sederhana saja, dengan deteksi dini penanganan lebih serius bisa dilakukan sehingga penderita bisa pulih lebih cepat.
Perbedaan kedua jenis hepatitis ini disampaikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui salah satu seminarnya pada awal Mei 2022 lalu. Berikut perbedaan diare biasa dan diare gejala hepatitis akut dari seminar tersebut.
Kondisi Diare Biasa
Diare biasa menunjukkan gejala cukup jelas, yakni frekuensi buang air besar lebih sering dari biasanya. Lebih sering di sini bisa diartikan lebih dari tiga kali dengan konsistensi feses yang berbeda dengan kondisi normal.
Teksturnya lebih lembek, baunya lebih menyengat, muncul lendir, dan tampak sangat tidak normal. Diare normal disebabkan oleh infeksi virus Rotavirus atau Adenovirus yang masuk ke bagian pencernaan seseorang dan mengganggu kondisi organ pencernaan.
Gejala diare akibat Adenovirus cenderung ringan, namun disertai gejala muntah. Dalam waktu dua samapi tiga hari, diare akan sembuh dengan sendirinya. Pada anak-anak diare ini akan ditandai dengan munculnya demam.
Kondisi Diare Hepatitis Akut
Pada seorang yang mengidap hepatitis akut, diare juga akan muncul. Meski demikian ciri yang muncul ini sedikit berbeda dengan diare pada umumnya, yang disebabkan oleh infeksi Rotavirus atau Adenovirus.
Jika diare biasa diawali dengan demam, justru diare akibat hepatitis akut akan muncul sebelum demam. Setelah mengalami diare dan sakit perut, demam akan muncul. Selanjutnya gejala yang tampak adalah warna kelopak mata yang menjadi kekuningan.
Baca Juga: Ini Perbedaan Suspect dan Probable dalam Hepatitis Akut yang Perlu Diketahui
Saat dicermati pada bagian urine yang keluar, warnanya akan semakin pekat dan menyerupai air teh. Ketika hal ini terjadi, dapat menjadi indikasi kuat seorang mengalami penyakit hepatitis akut dan wajib segera diberikan penanganan medis.
Itu tadi beberapa beda diare biasa dan diare gejala hepatitis akut. Sedikit mirip memang, namun jika dicermati akan tampak perbedaan yang jelas antara keduanya, sehingga bisa menjadi informasi berguna untuk mengenali gejala tersebut. Semoga bermanfaat, dan selamat melanjutkan aktivitas Anda.
Kontributor : I Made Rendika Ardian
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis