Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kasus cacar monyet atau monkeypox dari rentang 13 hingga 21 Mei 2022 ada 92 yang dikonfirmasi dan 28 kasus suspek. Semua itu tersebar di 11 negara bukan endemik.
Semakin bertambahnya kasus di beberapa negara tentu cukup mengkhawatirkan kita semua. Meski belum ada kasus terdeteksi di Indonesia, tidak ada salahnya jika kita memahami infeksi ini terlebih dahulu.
Cacar monyet merupakan penyakit dari infeksi orthopoxvirus, menurut The Conversation.
Orthopoxvirus termasuk virus pernapasan, yang dapat menyebar ke manusia tanpa kontak, kemungkinan besar dari aerosol atau tetesan udara.
Apa yang harus dilakukan saat terinfeksi?
Dilansir Global News, ada dua fase dalam perkembangan infeksi cacar monyet, yang meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan lesi di seluruh tubuh.
"Pada apa yang disebut 'fase invasif' pertama, seseorang dapat mengalami demam, sakit tenggorokan, dan batuk," jelas spesialis penyakit menular dan ahli mikrobiologi medis di Pusat Kesehatan Universitas McGill (MUHC), Kanada, Donald Vinh.
Dalam seminggu, ruam atau lesi kulit penuh cairan atau nanah akan mulai berkembang. Masa inkubasi, atau waktu dari paparan hingga timbulnya gejala, rata-rata antara lima dan 21 hari.
"Isolasi dan karantina sangat manjur untuk membatasi penyebaran cacar monyet," kata ahli epidemiologi di UCLA School of Public Health, Anne Rimoin.
Baca Juga: Apakah Cacar Monyet Menyerupai Cacar atau Smallpox? Simak Penjelasan Lengkapnya
Rimoin menjelaskan, "Akan menjadi ide yang baik untuk memeriksakan ke dokter dan mengisolasi dari orang lain sampai Anda yakin bahwa Anda sudah tidak terinfeksi."
Orang yang terinfeksi harus diisolasi selama sekitar tiga minggu, serta mereka yang berpotensi telah berkontak dengan kasus yang dikonfirmasi atau suspek.
"Benda atau permukaan apa pun yang mungkin bersentuhan dengan tetesan pernapasan orang yang terinfeksi atau cairan lesi di kulit harus didesinfeksi dengan benar," saran Vinh.
Hingga kini belum ada obat khusus yang tersedia untuk cacar monyet, tetapi antivirus cacar dapat digunakan. Namun, agen antivirus tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar dianggap sebagai terapi untuk cacar monyet di Eropa dan Amerika Serikat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS telah mendaftarkan cidofovir, brincidofovir dan vaccinia immune globulin (VIG) sebagai pilihan pengobatan.
WHO mengimbau agar pasien cacar monyet diberi cairan dan makanan bernutrisi untuk mempertahankan status gizi yang memadai.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!