Suara.com - Monkeypox atau cacar monyet menyebar lebih cepat dari biasanya. Bulan ini, lebih dari 140 kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai telah terdeteksi di selusin negara di seluruh Eropa, Amerika Utara, dan Oseania.
Meski demikian, banyak pakar dan pemberitaan yang hanya fokus ke lelaki gay. Menanggapi hal itu, para pakar kesehatan masyarakat dan ahli virologi mengatakan bahwa fokus pada pria gay yang terkena cacar monyet sekarang mengingatkan pada beberapa pelaporan awal tentang HIV dan AIDS 40 tahun yang lalu.
"Cacar monyet bukanlah penyakit gay, dan juga bukan penyakit menular lainnya," ahli virus dan dokter Dr. Boghuma Kabisen Titanji, peneliti kesehatan masyarakat Keletso Makofane seperti dilansir dari Insider.
Sementara pakar kesehatan masyarakat lainnya yang bernama Dr. Neurofourier di Twitter menulis di PLOS blog bahwa sngat disayangkan bahwa ini masih perlu dikatakan, menyoroti betapa sedikit yang telah kita pelajari dari wabah sebelumnya.”
Organisasi Kesehatan Dunia juga menimpali pada hari Jumat, menunjukkan dalam sebuah pernyataan bahwa siapa pun yang berinteraksi secara dekat dengan orang yang menular dapat berisiko terkena cacar monyet.
"Ini termasuk petugas kesehatan, anggota rumah tangga dan pasangan seksual," kata WHO.
"Menstigmatisasi sekelompok orang karena suatu penyakit tidak pernah dapat diterima. Ini dapat menjadi penghalang untuk mengakhiri wabah karena dapat mencegah orang mencari perawatan, dan menyebabkan penyebaran yang tidak terdeteksi."
McCollum, dengan CDC, mengatakan bahwa kasus cacar monyet telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Afrika, dan ada beberapa alasan mengapa hal itu mungkin terjadi.
Profesor Jimmy Whitworth, seorang ahli penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan bahwa "kita sangat perlu mencari tahu" apakah versi cacar monyet ini menyebar dengan cara baru.
Baca Juga: Kronologis Bendera LGBT Berkibar di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta
Biasanya, monkeypox menyebar dari orang ke orang melalui kontak yang sangat dekat. Virus dapat terbawa pada permukaan, dari tempat tidur, pakaian, atau ekskresi pernapasan, tetapi sangat mudah untuk menularkannya melalui kontak kulit ke kulit.
"Anda bisa membayangkan bahwa seorang wanita yang tinggal di rumah yang sama, berbagi peralatan dan sebagainya dengan seseorang yang mengeraminya bisa tertular, tapi sejauh ini kita belum melihatnya," kata Whitworth. "Itulah yang membuat kami agak curiga bahwa mungkin ini menular secara seksual, dan kami perlu mencari tahu. Karena jika demikian, itu baru — yang belum pernah terlihat sebelumnya."
Salah satu alasan utama mungkin karena keberhasilan vaksin cacar yang tak tertandingi. Karena cacar telah diberantas dari bumi pada tahun 1980, kebanyakan orang yang hidup saat ini belum divaksinasi terhadap penyakit tersebut. (
Cacar dan cacar monyet adalah virus yang terkait erat, dan vaksin yang telah dikembangkan untuk cacar dapat memberikan perlindungan silang yang kuat terhadap cacar monyet. Tetapi para ahli memperkirakan bahwa, hari ini, lebih dari 70% orang di seluruh dunia tidak memiliki kekebalan terhadap cacar monyet, karena mereka tidak perlu divaksinasi terhadap cacar untuk memulai.
Pengurutan genetik yang dilakukan sekarang harus menjelaskan dengan lebih baik apakah ini benar-benar bentuk cacar monyet yang lebih menular atau tidak, dan apakah itu menyebar dengan cara baru.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!