Suara.com - Gaya pengasuhan memang akan menjadi salah satu hal utama yang membentuk karakter seorang anak, salah satu yang cukup populer digunakan adalah strict parents.
Lantas, apa itu strict parents? Singkatnya, strict parents adalah gaya pengasuhan orang tua yang sangat ketat.
Dengan pola asuh ini, mungkin Anda memang memiliki anak sesuai apa yang Anda inginkan. Namun, tahukah Anda bahwa gaya asuh strict parents justru akan menghancurkan anak itu sendiri?
Apa Itu Strict Parents?
Dilansir dari parenting for brain, dalam psikologi, strict parents adalah orangtua yang memberikan standar dan tuntutan tinggi pada anak-anak mereka.
Ketika memasang standar tinggi dengan dukungan yang hangat dan responsif pada anak-anak, orangtua mestinya menjadi sosok yang berwibawa.
Mereka juga akan tetap memberi ruang bagi anak-anaknya berpikir mandiri.
Sayangnya, kebanyakan strict parents benar-benar menerapkan aturan yang tidak boleh dilanggar, bahkan tidak menerima masukan.
Tipe strict parents seperti inilah yang justru akan membuat anak-anak merasa tertekan.
Baca Juga: 5 Tanda Anda Bukan Orangtua yang Dewasa Secara Emosional
Apakah Strict Parents Berbahaya?
Jika gaya pengasuhan yang ketat dan responsif (otoritatif) akan menghasilkan kualitas anak yang baik, strict parents dengan gaya penuhi tekanan dan tidak responsif (otoriter) justru akan membentuk karakter anak yang rendah diri dan mengalami berbagai masalah dalam mental dan perilakunya.
Tanda-Tanda Strict Parents
- Memiliki banyak aturan yang ketat dan penuh tuntutan
- Menuntut anak-anak selalu mematuhi harapan dengan cara yang cukup keras
- Tidak mengizinkan anaknya berpendapat atas aturan yang mereka terima
- Memberi hukuman berat ketika aturan yang mereka berikan dilanggar
- Selalu bersikap dingin dan otoriter
- Seringkali mengeluarkan kata-kata kasar dan merendahkan
- Tidak akan membiarkan anak-anak ikut dalam pengambilan keputusan
- Memiliki harapan tinggi yang tidak realistis
- Selalu merasa paling benar.
Efek Buruk Strict Parents
Orang tua yang ketat ini biasanya akan memandang keberhasilan akademis sebagai prioritas dan menilai efektivitas pengasuhan mereka dari kinerja anak-anak di sekolah.
Jenis pengasuhan ini mungkin menghasilkan anak-anak dengan nilai tinggi di sekolahnya. Namun di sisi lain, perkara keberhasilan akademis tidak jarang mengakibatkan banyak kehancuran dari sisi sang anak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!