Suara.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengimbau para dokter untuk mewaspadai gejala cacar monyet yang tidak sesuai dengan deskripsi khas penyakit tersebut.
Virus monkeypox memicu gejala yang serupa dengan cacar, tetapi lebih ringan. Pada awal infeksi, orang yang terinfeksi biasanya mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening dan kelelahan.
Lalu, muncul ruam khas yang terkait dengan cacar monyet. Ruam biasanya berkembang melalui beberapa tahap.
Awalnya tampak seperti bercak kulit, lalu timbul benjolan, melepuh, dan akhirnya membentuk seperti jerawat berisi nanah. Akhirnya, lesi kulit ini akan berkeropeng dan mengelupas dengan sendirinya.
Secara historis, ruam cacar monyet cenderung muncul di sekitar wajah dan di rongga mulut, lalu berkembang ke ekstremitas, termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Namun, kasus cacar monyet baru-baru ini yang tersebar di negara non endemik memiliki gejala berbeda dari pola tersebut. Banyak penderita hanya mengalami ruam di sekitar alat kelamin dan anus, serta jaringan yang melapisi mulut.
Pada beberapa penderita, ruam menyebabkan nyeri pada anus dan rektum, pendarahan rektum, peradangan pada lapisan rektum (proctitis) dan sensasi harus buang air besar walau kondisi usus kosong (tenesmus).
Sementara gejala seperti flu biasa tidak selalu terjadi sebelum ruam muncul, lapor Live Science.
"Sekarang jelas ada situasi yang tidak biasa, yang berarti virus berperilaku tidak biasa dari kebiasaannya berperilaku," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca Juga: Fakta Tentang Penyakit Cacar Monyet yang Mewabah: Gejala, Vaksin, dan Cara Pengobatannya
Sekarang, bila pasien tampaknya memiliki gejala penyakit cacar monyet seperti yang disebutkan di atas, dokter harus melakukan pemeriksaan menyeluruh pada kulit dan jaringan mukosa, termasuk jaringan anus, vagina, dan mulut.
"Setiap orang, terlepas dari identitas gender atau orientasi seksualnya, dapat tertular dan menyebarkan cacar monyet. Namun, dalam wabah ini, banyak kasus di Amerika Serikat adalah pria gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan pria," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial