Suara.com - Terapi akupunktur kini sudah diakui sebagai salah satu tindakan medis, dan bahkan sudah tersedia di rumah sakit milik pemerintah yakni Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Persahabatan.
Tapi masih banyak yang menyandingkan akupunktur dengan terapi bekam dan kerokan, padahal menurut Dokter Spesialis Akupunktur RSUP Persahabatan, dr. Stefanus Agung Budianto, Sp.AK perbedaan ada pada jenis saraf yang yang dirangsang.
"Sebenarnya akupunktur, bekam dan kerokan sedikit berbeda di rangsang sarafnya. Untuk bekam dan kerokan itu kurang lebih mirip karena ada namanya dalam tubuh itu serabut saraf beta," ujar dr. Stefanus dalam acara diskusi Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (12/7/2022).
Saraf beta adalah salah satu bagian dari saraf pusat yang terhubung dengan otak, gelombang ini cenderung ada saat orang dalam keadaan sadar penuh atau fokus, sehingga lebih sering muncul di siang hari.
Tapi jika saraf ini terus muncul di malam hari maka bisa mengakibatkan sulit tidur, migrain, dan insomnia. Sehingga kebanyakan saraf ini, seseorang lebih sulit untuk bersantai.
Sehingga pada bekam dan kerokan bagian saraf ini ditekan, sehingga tubuh lebih mudah rileks dan bisa lebih santai serta tidak tegang, tapi sifatnya sementara karena saraf beta akan terus aktif dan muncul di siang hari atau saat beraktivitas.
"Sedangkan kalo akupunktur itu beda, akupunktur itu serabut saraf delta namanya, dan memberikan perbedaan pada kalau akupunktur efeknya akan lebih panjang dibandingkan bekam dan kerokan ataupun pijat," jelas dr. Stefanus.
Saraf delta adalah jenis gelombang yang paling lambat, dan hanya bisa muncul saat seseorang di tahap tidur nyenyak tanpa bermimpi atau saat bermeditasi.
Para ahli juga meyakini, jika proses penyembuhan penyakit atau regenerasi sel tubuh bisa terbentuk saat otak memproduksi saraf delta atau gelombang delta.
Baca Juga: Terapi Akupuntur Bisa Kurangi Migrain Parah
Meski akupunktur terbukti baik untuk kesehatan, dan punya manfaat jangka panjang, tapi penting juga mengetahui tempat dan lokasi melakukan akupunktur yang tepat, serta berpengalaman.
"Kalau ke akupunktur tolong dengan dokter, minimal karena lebih aman karena spesialis akupunktur," tutup dr. Stefanus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar