Suara.com - Seorang wanita usia 22 tahun mengaku sangat takut berhubungan seks. Karena, ia menderita suatu kondisi yang membuat vaginanya lebih tertutup dan terasa sakit yang cukup parah selama penetrasi.
Wanita bernama, Bailey Krawczyk dari Alexandria, Virginia ini mulai merasakan ada sesuatu yang salah pada vaginanya sejak usia 13 tahun. Saat itu, ia merasakannya ketika mulai menggunakan tampon atau pembalut.
Tapi, Bailey mengabaikan keanehan atau rasa sakit pada vaginanya karena berpikir bahwa tubuhnya masih berkembang dan mungkin sedang menyesuaikan.
"Saya pertama kali mencoba memakai tampong ketika duduk di kelas 8, tetapi saya selalu kesulitan melakukannya. Meski begitu, saya menganggap bahwa tubuh sedang berkembang," kata Bailey dikutip dari Daily Mail.
Pada tahun 2020 ketika usianya sudah 21 tahun, Bailey baru mencoba mencari bantuan dokter karena tidak bisa memasukkan tampon. Ia selalu merasa kesakitan ketika memasukkan tampon ke dalam vaginanya.
"Pada 2020, saya baru konsultasi dengan dokter obgyn yang menyarankan saya ke terapis dasar panggul dan saya didiagnosis menderita vaginismus," ujarnya.
Saat itulah, dokter mendiagnosisnya menderita vaginismus. Vaginismus adalah sebuah kondisi umum, yang mempengaruhi antara 5 sampai 17 persen wanita di seluruh dunia.
Vaginismus memaksa otot-otot vagina untuk menegang saat hubungan seks penetrasi, sehingga menyebabkan rasa sakit yang menyiksa selama berhubungan seks maupun ketika wanita menggunakan tampon.
Untungnya, kombinasi antara latihan dasar panggul, dilator vagina dan psikoterapi membantunya mengatasi vaginismus.
Baca Juga: WHO Tetapkan Cacar Monyet Sebagai Kondisi Darurat, Simak Lagi Cara Pencegahan dan Pengobatannya
Pengalamannya ini dibagikan kepada orang lain, karena ia ingin semua wanita tidak mengabaikan rasa sakit yang dialami ketika berhubungan seks.
Ia pun mendapat banyak pesan di media sosialnya dari orang-orang yang mengaku juga menderita vaginismus selama bertahun-tahun tanpa sadar.
Tak hanya wanita, banyak pria yang juga bercerita mengenai kondisi pasangannya dengan vaginismus.
"Ini bukan hanya kondisi fisik yang melelahkan, tetapi juga sangat berat secara mental," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan